TEMPO.CO, Bangkok - Kepala junta Thailand mengeluarkan lagu terbaru dengan maksud meraih simpati warga negara itu. Namun lagu terbarunya yang berjudul Diamond Heart, yang dirilis bersamaan dengan perayaan Hari Valentine, ini ternyata mengundang kritikan dan tanggapan yang tidak menyenangkan dari pengguna media sosial.
Ini adalah lagu bergenre pop rock keempat yang diklaim ditulis Perdana Menteri, Prayut Chan-O-Cha, sejak tentara merebut kekuasaan pada 2014. Liriknya berbunyi,"Apakah Anda tahu senyum Anda adalah kebahagiaan saya?" dan "Tidak peduli seberapa lelah dan sulitnya, mari berpegangan tangan."
Baca: KPK Thailand: Jenderal Prawit agar Buktikan Soal Jam Tangan Rolex
Namun seperti dilansir media Straits Times pada 15 Februari 2018, lagu itu mendapat tanggapan buruk di situs populer YouTube saat mendapat 14.000 tanda 'tidak suka' atau dislike dibandingkan 593 yang memberi 'suka' dari para netizen.
Baca: Dua Jenderal Thailand Terseret Skandal Jam Tangan Mewah Rolex
Situasi ini mengindikasikan rakyat Thailand ingin meninggalkan pemerintahan militer, yang berusaha tetap berkuasa melebih periode yang dijanjikan.
"Manusia dengan hati berlian sejati tidak akan menipu dari hari ke hari dan mengambil alih kekuasaan dari wanita," tulis seorang pengguna Twitter, @noonchuckyai, yang merujuk kepada pasukan pimpinan Prayut merebut kekuasaan dari Perdana Menteri wanita pertama Thailand, Yingluck Shinawatra.
Beberapa netizen lainnya memplesetkan lirik lagu itu menjadi "Jadikan hatimu berlian sejati dan jangan pukuli kami."
Juru bicara junta, Atisith Chainuvati, mengatakan lagu itu dinyanyikan oleh seorang perwira militer, disiarkan pertama kali di radio pemerintah pada Jumat, 16 Februari 2018. Dia menyangkal ini dengan Hari Valentine, yang dirayakan kemarin dan sangat populer di negara ini.
"Dalam pengertian saya, dalam lagu ini, Prayut ingin mendukung orang-orang yang berbuat baik untuk negara," katanya.
Lagu perdana Prayut berjudul Restoring Joy to Thailand disiarkan berulang kali di stasiun radio milik pemerintah sesaat setelah tentara menggulingkan pemerintah Yingluck, yang terpilih secara demokratis.
Tapi frustrasi publik Thailand terus berkembang karena kelompok junta militer menunda berulang janji untuk mengembalikan demokrasi.
Kekecewaan meningkat di kalangan rakyat Thailand setelah junta militer beberapa kali melanggar janji untuk mengembalikan pemerintah kepada rakyat.
Serangkaian demonstrasi kecil namun berani terus digelar untuk melawan junta, yang melarang kegiatan politik dan menghukum aktivis Thailand, yang berani mengkritik pemerintah.