TEMPO.CO, Jakarta - Turki mengatakan bahwa negaranya tidak akan mengembalikan Afrin, utara Suriah, ke pemerintah Damaskus setelah melumat milisi Kurdi YPG dari wilayah tersebut.
"Bahkan Turki akan meluaskan serangannya ke kota di sekitarnya," tulis Al Jazeera.
Baca: Iran Desak Turki Hentikan Operasi Militer di Afrin
Pasukan Turki dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) membersihkan satu desa lagi dari kelompok teroris PYD/PKK pada 01 Februari 2018 kemarin selama operasi kontra-terorisme di Afrin, Suriah, demikian sumber keamanan Turki mengatakan kepada Anadolu Agency. ANADOLU AGENCY
Menurut keterangan dari Syrian Observatory for Human Rights yang memantau perang, ribuan orang terus mengalir mengungsi ke Afrin, Kamis, 15 Maret 2018, menuju Nubul dan Zhara di sebelah utara Aleppo yang berada di bawah kontrol pemerintah Suriah.
Kelompok pemantau hak asasi berbasis di London itu mengatakan, sebanyak 12 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka ketika Afrin dan sekitarnya dibombardir oleh pasukan Turki dan pasukan pendukungnya.Pejuang Suriah yang didukung Turki menembakkan mortir ke gunung Barsaya, timur laut Afrin, Suriah, 28 Januari 2018. REUTERS/Khalil Ashawi
Sementara itu, sumber Kurdi mengatakan, jumlah korban tewas sepertinya bakal bertambah karena banyak yang mengalami luka serius.
"Staf kami melakukan pekerjaannya yang terbaik, tetapi ruangan kami penuh dengan orang-orang yang cedera sementara suplai obat-obatan terbatas," kata Joan Shitika, kepala rumah sakit Afrin, kepada kantor berita DPA.
Baca: Serangan Turki ke Afrin Suriah, Harga Minyak Naik Dua Kali Lipat
Sejak 20 Januari 2018, militer Turki melakukan seranghan terhadap posisi Unit Perlindungan Ralyat Kurdis (YPG) di Afrin. Ankara menganggap YPG sebagai organisasi teroris yang memiliki hubungan dengan Partai pekerja Kurdistan (PKK), kelompok yang melakukan pemberontakan di dalam negeri Turki.