TEMPO.CO, Jakarta - Teka-teki penyebab eks agen rahasia Rusia, Sergei Skripal, sekarat pekan lalu mulai terkuak. Perdana Menteri Inggris Theresa May sangat yakin Skripal bersama putrinya, Yulia, 33 tahun, terpapar oleh zat racun yang disebut dengan Novichok.
"Saya dapat menyimpulkan bahwa Skripal dan putrinya terkena racun saraf standar militer yang dikembangkan oleh Rusia," kata Theresa May di depan anggota parlemen seperti dikutip Independent.
"Racun saraf itu disebut dengan Novichok," tambahnya.
Baca: Novichok, Racun Bikin Eks Agen Rahasia Rusia Sekarat
Perdana Menteri Inggris Theresa May mencicipi keripik saat berkampanye di Mevagissey, Cornwall, Inggris, 2 Mei 2017. Pemilu di Inggris akan berlangsung pada 8 Juni mendatang. Dylan Martinez/PA
Penggunaan racun saraf itu, tulis Independent, dilarang sebagaimana ditetapkan dalam konvensi internasional karena efek zat kimia ini sangat mengerikan. Sejumlah laporan menyebutkan, Novichok pertama kali dikembangkan pada 1970-an dan 1980-an di zaman kejayaan Uni Soviet.
Nama zat racun pencabut nyawa tersebut diambil dari bahasa Rusia yang artinya "pendatang baru". Ada sejumlah fakta bahwa bahan beracun ini dikembangkan dalam bentuk bubuk untuk senjata kimia.
Menurut Sergei Markov, Direktur Institut Studi Politik di Moskow, "Bahan itu diproduksi di Uzbekistan di zaman Uni Soviet dan setelah Uni Soviet runtuh, sebagaimana yang kita tahu, agen intelijen Amerika Serikat memiliki akses ke pabrik ini," katanya seperti dikutip Al Jazeera.
Beberapa peneliti maupun ilmuwan yang mendalami soal zat kimia serempak mengatakan, penggunaan bahan beracun yang memiliki dampak buruk ini harus mendapatkan pengawasan tingkat tinggi.Seorang bocah berumur lima tahun, Doaa memperlihatkan kulit kakinya yang berubah akibat dampak dari bom kimia yang dilepaskan oleh militan ISIS di Qayyara, Irak, 12 November 2016. REUTERS
Pada 1990-an, Novichok menjadi buah bibir di kalangan pemimpin negara maju ketika seorang ilmuwan Soviet bernama Vil Mirzayanov mengungkapkan bahwa negaranya diam-diam mengembangkan gas saraf yang mengerikan. "Kekuatannya melebihi yang dimiliki oleh Amerika Serikat," ucap Mirzayanov.
Apa yang disampaikan oleh Mirzayanov seperti mendapatkan dukungan dari seorang guru besar farmakologi di University of Reading. Dia mengatakan, zat ini lebih berbahaya dan canggih daripada sarin atau VX serta lebih sulit dikenali.
Baca: Kasus Agen Rahasia, Inggris Usir 23 Diplomat Rusia
"Zat ini membuat kerja jantung dan pernapasan lambat sehingga dapat menyebabkan kematian akibat sesak napas," ucapnya. "Oleh karena itu zat ini dilarang dalam konvensi internasional karena sangat mudah mencabut nyawa orang," tambahnya.
Rusia menolak dilibatkan dalam kasus Skripal yang terpapar oleh zat kimia tersebut. Nasib bekas agen rahasia Rusia dan putrinya hingga saat ini tak jelas, apakah tewas atau sekarat di rumah sakit di Inggris sebagaimana diberitakan oleh media massa.