TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuan Inggris menyimpulkan zat kimia yang digunakan untuk meracun mantan intelijen Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia, dibuat di Rusia. Seperti dikutip dari www.businessinsider.sg pada Senin, 12 Maret 2018, sejumlah ujicoba telah dilakukan para ahli dari Porton Down labolatorium kimia Kementerian Pertahanan Inggris, pada hari Minggu kemarin dan terbukti tanpa keraguan racun tersebut digunakan dalam upaya pembunuhan pada 4 Maret lalu pada Skripal dan putrinya.
Beberapa sumber di pemerintah Inggris mengatakan kepolisian dan pejabat bidang keamanan telah mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk mengkaitkan pemerintah Rusia dalam serangan pada Skripal tersebut. Dikonfirmasi hal ini, Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Metropolitan Inggris menolak berkomentar.
Baca: Rusia Menolak Terlibat di Insiden Racun Agen Rahasia di Inggris
Asisten Komisaris Kepolisian Metropolitan, Mark Rowley bersama dengan Chief Medical Officer Sally Davies, memberi pernyataan pers mengenai Sergei Skripal dan putrinya Yulia yang diracuni di pusat Salisbury, Inggris, 7 Maret 2018. REUTERS/Henry Nicholls
Skripal pingsan di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury hampir sepekan lalu setelah terpapar racun yang merusak saraf. Dia dan putrinya segera dilarikan ke rumah sakit. Kondisi keduanya masih kritis.
Baca: Ahli Kimia Inggris Usut Racun Saraf di Tubuh Eks Intelijen Rusia
Skripal dijatuhi hukuman karena telah menyerahkan rahasia-rahasia Rusia ke intelejen Inggris pada rentan waktu 1995 dan 2004. Namun dia mendapatkan pengampunan dan diasingkan ke Inggris dalam sebuah pertukaran mata-mata pada 2010.
Pengumpulan bukti-bukti ilmiah mengenai serangan ini bisa menjadi langkah awal bagi pemerintah Inggris untuk secara resmi menuding Rusia mencoba membunuh Skripal di teritorial Inggris. Media seperti The Times, The Telegraph dan Sky News, mewartakan Perdana Menteri Inggris Theresa May diperkirakan akan mengambil keputusan terkait hal ini secepatnya pada Senin pekan depan.