TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Presiden Argentina, Cristina Fernandez De Kirchner, bakal berhadapan dengan majelis hakim di meja hijau setelah dituduh terlibat dalam pengeboman pusat komunitas Yahudi di Buenos Aires oleh Iran pada 1994.
Menurut hakim federal Claudio Bonadio, selain Kirchner juga 11 pejabat pemerintah yang mencoba menutupi ulah Iran diseret ke pengadilan. Mereka dianggap menyalahgunakan kekuasaan. "Sediktinya empat tersangka telah ditahan," ucapnya sebagaimana dikutip Al Jazeera, Selasa, 6 Maret 2018.
Baca: Presiden Argentina Bela Perjanjian dengan Iran
Ribuan orang menunggu Presiden Argentina, Cristina Fernandez de Kirchner menyampaikan pidato terakhirnya saat acara perpisahannya di Istana Presiden Casa Rosada di Buenos Aires, Argentina, 9 Desember 2015. Setelah 8 tahun menjabat posisi Cristina Fernandez de Kirchne digantikan Mauricio Macri sebagai presiden terpilih. REUTERS/Andres Stapff
Bonadio meminta agar kekebalan hukum Kirchner dicabut. Sebagai Senator, jelas Bonadio, kekebalan tersebut dapat melindungi dia dari penangkapan. Kongres belum memberikan tanggapan atas permintaan Jaksa.
Kirchner dan mantan pejabat Argentina lainnya dituduh membuat kesepakatan dengan Iran untuk menutupi peran beberapa pejabat Iran yang melakukan peledakan terhadap Pusat Komunitas Yahudi Argentina (AIMA) di Buenos Aires pada 1994. Akibat serangan tersebut sebanyak 85 orang tewas.Lea Novera salah satu korban Auschwitz menyalakan lilin saat memperingati Peringatan Internasional Holocaust di pusay budaya Yahudi AMIA, Buenos Aires, Argentina, 27 Januari 2015. REUTERS/Enrique Marcarian
"Ini aksi paling mematikan dalam sejarah Argentina," tulis Al Jazeera.
Baca: Israel Sebut Rencana Iran: Kuasai Suriah, Hancurkan Israel, dan..
Tudingan jaksa federal ditolak serempak oleh Kirchner dan eks pejabat lainnya. Sikap Iran setali tiga uang dengan mantan Presiden Argentina Kirchner.