TEMPO.CO, Buenos Aires - Menteri Luar Negeri Argentina Hector Timerman, melalui hakim pengadilan, tetap meminta keterangan kepada Iran atas keterlibatan negeri itu dalam ledakan bom mematikan di gedung amal Yahudi Argentina di Buenos Aires pada 1994. Iran berkali-kali membantah terlibat.
Permintaan tersebut disampaikan Hector Timerman, Rabu, 13 Februari 2013, di depan Komite Senat, sehari setelah keluar pernyataan dari Menteri Luar Negeri Iran yang menyebutkan bahwa sejumlah bekas pejabat Iran akan dimintai keterangan soal "kebohongan" (kasus ledakan bom di Argentina) ini.
"Menteri Luar Negeri Iran mengatakan bahwa dia akan mewujudkan seluruh poin yang telah disepakati atas perjanjian saling memahami (MoU) dan akan meminta keterangan dari para tersangka (pelaku ledakan)," kata Timerman kepada Komite Senat.
Timerman mengatakan, Iran telah sepakat mengenai isi memorandum of understanding, antara lain tentang menanyai delapan warga Iran yang sekarang diburu karena diduga terlibat dalam aksi pengeboman gedung amal Yahudi Argentina.
Peledakan bom di gedung amal Yahudi Argentina pada 1994 menewaskan 85 orang. Delapan orang yang diduga terlibat dalam peledakan itu, antara lain (bekas) Menteri Pertahanan Ahmad Vahidi, bekas Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, dan bekas Menteri Luar Negeri Ali Akbar Velayati.
Iran berkali-kali membantah terlibat dalam aksi pengeboman mematikan itu dan menolak menahan orang-orang yang diduga terlibat.
Tetapi, pada bulan lalu, Presiden Argentina Cristina Kirchner mengumumkan sebuah kesepakatan dengan Iran untuk membentuk "Komisi Kebenaran Independen" guna menginvestigasi aksi pengeboman gedung. Kirchner katakan bahwa Komisi akan bertugas melapangkan jalan bagi hakim Argentina untuk memeriksa para tersangka.
Menurut Buenos Aires, hakim Argentina Rodolfo Canicoba Corral dan jaksa Alberto Nisman ditunjuk sebagai pimpinan tim investigasi yang akan berangkat ke Teheran untuk meminta pengakuan Iran.
Negosiasi (Argentina-Iran) mendapatkan kritik tajam dari Israel dan 300 ribu warga Yahudi Argentina, komunitas terbesar di Amerika Latin. Menteri Luar Negeri Israel memprotes kesepakatan kedua negara. Sedangkan Washington meragukan apa pun hasil kesepakatan tesebut.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita Terpopuler Lainnya:
Demokrat Daerah Mulai Tinggalkan Anas
Ini Dialog Terakhir Annisa Azwar dan Sopir Angkot
SBY Komentari Pembocor 'Sprindik' Anas
Cabut Paraf, Pandu Terancam Sidang Etik
Kata Farhat Abbas Soal Anas Urbaningrum