TEMPO.CO, Jakarta - Militer Filipina mengidentifikasi pemimpin baru ISIS di Asia Tenggara sebagai Abu Dar yang menggantikan Isnilon Hapilon yang tewas terbunuh tahun lalu.
Juru bicara Divisi Pertama Angkatan Darat Filipina Mayor Ronald Suscano, mengatakan, salah satu milisi yang merencanakan pengepungan Maraw, dikenal sebagai Abu Dar. Meskipun Abu Dar dianggap kurang radikal dan tidak memiliki banyak pengalaman tempur dari Hapilon, namun dia memimpin kelompok Abu Sayyaf yang kecil namun sangat brutal.
Baca: Hapilon Tewas, Milisi Malaysia Jadi Pimpinan ISIS Asia Tenggara
"Isnilon lebih radikal karena dia lebih tua dan memiliki lebih banyak pelatihan dan pengalaman. Selama era Isnilon, Abu Dar hanya seorang bawahan, "kata Suscano, seperti dilansir Straits Times pada 6 Maret 2018.
Abu Dar berasal dari wilayah Lanao del Sur di Filipina selatan dan memiliki hubungan dengan milisi di luar Filipina. Saat pengepungan Marawi, Abu Dar diketahui sebagai penyalur dana bagi kelompok Maute.
"Dia memiliki uang, sumber daya dan jaringan, dia memiliki kemampuan untuk memimpin," kata juru bicara militer, Brigadir Jenderal Bienvenido Datuin.
Baca: Ancaman Baru ISIS Mencapai Asia Tenggara
Seorang petugas keamanan yang menolak untuk mengungkapkan identitasnya mengatakan kelompok pimpinan Abu Dar diperkirakan menghasilkan sekitar ratusan juta peso dari Marawi pada tahap awal pengepungan tersebut.
Milisi bersimpati dengan ISIS dari kelompok Maute dan Abu Sayyaf yang menyerang kota Marawi tahun lalu, setelah sebuah operasi militer gagal untuk bertindak atas perintah penangkapan Hapilon.
Baca: Lewat Video, ISIS Nyatakan Perang Melawan Indonesia dan Malaysia
Pertarungan tersebut mengakibatkan kematian lebih dari 1.100 orang. Hal ini mendorong Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan undang-undang darurat militer di pulau Mindanao, Filipina selatan.
Pada Oktober 2017, Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana dan mantan Kepala Angkatan Bersenjata Eduardo Año mengumumkan penghentian operasi tempur di Kota Marawi, beberapa hari setelah Hapilon dan Omarkhayam Maute terbunuh dalam operasi pra-fajar yang dipimpin oleh Batalyon Pramuka Angkatan Darat.