TEMPO.CO, Jakarta - Turki akan tetap mempertahankan sikapnya, yakni menolak keputusan Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal itu dikatakan Presiden Recep Tayyip Erdogan, Kamis, 1 Maret 2018.
Berbicara dalam acara jumpa pers dengan rekannya dari Mauritania, Mohamed Ould Abdel Aziz, di ibu kota Nouakchott, Erdogan mengatakan, "Kami tidak akan pernah kompromi atas sikap kami mengenai Yerusalem."
Baca: Turki Kecam Trump Putus Bantuan ke Negara Penentangnya
Gereja Dormition di pegunungan Zion, Yerusalem. timesofisrael.co
Dia menambahkan, Al-Quds (Yerusalem) adalah ibu kota Palestina yang siap dideklarasikan. "Al-Quds penting bagi umat Kristen di dunia sebagaimana juga untuk umat muslim," bunyi pernyataan kantor kepresidenan mengutip keterangan Erdogan.
"Keputusan Amerika Serikat merelokasi kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem tidak ada artinya buat kami," kata Erdogan sebagaimana dilaporkan Middle East Monitor, Jumat, 2 Maret 2018.
Selanjutnya, Erdogan meminta Amerika Serikat mengindahkan resolusi Majelis Umum PBB yang disetujui 128 negara.Ribuan umat Yahudi berdoa meminta hujan, di Tembok Barat, Yerusalem, 28 Desember 2017. Kekeringan ini merupakan yang terburuk selama 40 tahun terakhir. REUTERS/Ronen Zvulun
Pada 6 Desember 2017, meski ditentang dunia, Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan tersebut menuai protes di seluruh dunia.
Baca: Ini Ancaman Turki jika AS Akui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Erdogan tiba di Mauritania pada Rabu, 28 Februari 2018, untuk kunjungan keduanya di negara Afrika tersebut. Setelah Mauritania, Erdogan bertolak menuju Senegal dan Mali. Lawatan pertama ke Afrika berlangsung pada Desember 2017. Ketika itu Presiden Turki ini berkunjung ke Sudan, Chad, dan Tunisia.