TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kabar menyebutkan, Presiden Amerikat Serikat Donald Trump diunggulkan mendapatkan Nobel Perdamaian.
Namun kabar tersebut cepat dibantah oleh Norwegian Nobel Institute. Menurut lembaga ini, Rabu, 28 Februari 2018, kabar tersebut palsu. Bahkan Institut Nobel Norwegia melaporkan kasus berita palsu itu ke polisi.
Baca: Donald Trump Calon Pemenang Nobel Perdamaian, Alasannya Apa?
Penerima Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai berbicara dengan sejumlah siswa di sekolah menengah Nasib saat kunjungannya di kamp pengungsian Dadaab, dekat perbatasan antara Kenya-Somalia, 12 Juli 2016. Malala sekaligus meraykan ulang tahunnya ke-19 bersama dengan para pengungsi. REUTERS/Thomas Mukoya
"Kami perlu sampaikan bahwa kabar mengenai Trump diunggulkan mendapatkan Nobel Perdamaian adalah palsu," kata Direktur Institut Nobel, Olav Njolstad kepada AFP seperti dikutip Channel News Asia, Rabu, 28 Februari 2018.
Dia menolak menjelaskan lebih detail mengenai bantahannya, seraya mengatakan semuanya sudah disampaikan kepada polisi. "Polisi bisa memberikan informasi," ucapnya.Partai Islah, partai pendukung presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi , membatalkan keanggotaan Tawakoll Karman, peraih Nobel Perdamaian 2011, setelah menuding Arab Saudi dan Uni Emirat Arab terlibat dalam perang saudara di Yaman.
Setiap tahun, nama-nama calon peraih hadiah Nobel Perdamaian harus diserahkan pada 31 Januari. Di antara yang berhak mengajukan nama adalah parlemen, pemerintah, mantan peraih penghargaan dan beberapa guru besar universitas. Sementara itu, daftar kandidat peraih Nobel Perdamaian dirahasiakan selama setidaknya 50 tahun.
Baca: Larang Muslim Masuk AS, Malala Kutuk Donald Trump
The Peace Research Institute of Oslo (Prio) pernah mengatakan pada awal Februari 2018 bahwa nama Trump masuk ke dalam daftar peraih Nobel Perdamaian. Institut Nobel mengatakan, lembaganya telah menerima 329 unggulan peraih Nobel Perdamaian 2018. Nama para pemenang akan diumumkan pada Oktober 2018.