TEMPO.CO, Stockholm- Presiden Kolombia Juan Manuel Santos mengajak dunia memikirkan kembali mengenai strategi dan kebijakan memberangus narkoba. Menurut Santos, kebijakan nol-toleransi boleh jadi jauh lebih membahayakan dibandingkan semua perang yang tengah berkecamuk di seluruh dunia.
Santos menyampaikan ajakannya itu dalam pidato penerimaan penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2016 di Stockholm, Swedia, Sabtu, 10 Desember 2016.
Santos diganjar Nobel Perdamaian setelah berhasil menandatangani perjanjian damai dengan kelompok pemberontak terbesar di Kolombia, FARC pada akhir November lalu.
Baca:
Kartu Natal 2016 Presiden Obama Di Luar Tradisi Gedung Putih
Pria Ini Kaget 1 Juta Orang Akan Hadiri Pesta Ultah Putrinya
Panitia Nobel mengganjar Santos dengan Nobel Perdamaian disebabkan upayanya yang tidak mengenal kata menyerah untuk menghadirkan perdamaian di Kolombia.
"Menghargai Perdamaian Kolombia dalam hal ini orang yang tidak pernah menyerah hanya untuk berharap mewujudkan perdamaian, dan negosiator dan para pemimpin gerilyawan Farc juga layak diberi ucapan terima kasih dan penghargaan," kata Berit Reiss-Andersen, anggota komite Nobel seperti dikutip dari BBC, 10 Desember 2016.
Konflik berdarah antara pasukan pemerintah Kolombia dan Farc (The Revolutionary Armed Forces of Colombia) berlangsung lebih dari 50 tahun yang menewaskan lebih dari 260 ribu orang dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi menyelamatkan diri dan keluarganya.
Farc terinspirasi revolusi di Kuba tahun 1950an untuk melawan privatisasi ekonomi oleh pemerintah Kolombia. Farc yang berpaham komunis membuat ancaman besar bagi pemerintah sehingga berupaya memberangus Farc.
Baca:
Sekolah Keluarkan Anak Ini Gara-gara Potongan Rambutnya
CIA: Rusia Intervensi Pilpres AS Demi Menangkan Donald Trump
Santos mengatakan setelah beberapa dekade memerangi penyelundupan narkoba, dunia masih saja tidak mampu mengawasi kejahatan yang mengobarkan kekerasan dan korupsi dalam masyarakat global."Ini membuat tak masuk akal untuk memenjarakan petani yang menanam ganja, ketika saat ini, misalnya, budidayanya dan penggunaannya legal di delapan negara bagian di Amerika Serikat," ujar Santos.
"Sehingga perang memberangus narkoba yang dikobarkan adalah setara atau mungkin bahkan lebih membahayakan ketimbang seluruh perang di dunia yang berkecamuk saat ini."
Dalam pidatonya, Santos mengatakan ada paradoks yang besar dalam mewujudkan perdamaian yakni para korban merupakan orang-orang yang paling menginginkan untuk memaafkan, untuk melakukan rekonsiliasi, dan menghadapi masa depan dengan jiwa bebas dari kebencian. "Bahkan sementara banyak orang yang tidak menderita dalam konflik menolak untuk menerima perdamaian," tegas Santos.
Ia kemudian meminta perwakilan korban yang hadir di acara penyerahan Nobel untuk berdiri. Ia meminta para peserta untuk memberi aplaus sebagai pengakuan atas upaya kerja kera mereka dalam proses perdamaian di Kolombia dengan Farc.
"Izinkan saya mengatakan kepada anda semua, dari pengalaman saya sendiri, bahwa sangat lebih berat untuk membuat perdamaian ketimbang mengobarkan perang," ujar Santos.
BBC | MARIA RITA