TEMPO.CO, Moskow – Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia tidak terlibat dalam serangan siber ‘NotPetya’ pada tahun lalu.
Dia mengatakan ini menanggapi tudingan Gedung Putih dan Inggris dan belakangan Australia bahwa tim siber militer Rusia sengaja menyebar malware itu ke Ukraina pada Juni 2017 dan menyebar ke berbagai dunia. Virus komputer ini melumpuhkan infrastruktur digital Ukraina dan menginfeksi banyak komputer di berbagai negara.
Baca: Amerika Vs Rusia: Drone MQ-9 Reaper Hancurkan Tank T-22 di Suriah
“Kami menolak keras tudingan itu karena tidak berdasar, yang merupakan bagian dari kampanye tidak berdasar sama terhadap Rusia,” kata Peskov seperti dilansir media TASS, Kamis, 15 Februari 2018.
Baca: Mueller Mendakwa 13 Orang Rusia karena Intervensi Pilpres Amerika
Peskov mengatakan ini menanggapi pernyataan Pejabat dari Kementerian Luar Negeri Inggris Urusan Keamanan Siber, Tariq Ahmad. Menurut Ahmad,”Pemerintah Inggris menilai pemerintah Rusia khususnya militer Rusia, bertanggung jawab atas serangan siber NotPetya pada Juni 2017,” kata Ahmad sambil menambahkan serangan siber itu mengganggu organisasi di Eropa dan menimbulkan kerugian hingga ratusan juta pounds atau miliaran rupiah.
Mengenai ini, Gedung Putih, Amerika Serikat telah mengeluarkan pernyataan.
“Serangan NotPetya pada Juni 2017 merupakan bagian dari upaya Kremlin untuk mengguncang Ukraina dan menunjukkan keterlibatan lebih jelas Rusia di konflik yang sedang berlangsung,” kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, Kamis, 15 Februari 2018.
Sanders mengatakan ini merupakan serangan siber ceroboh dan massal yang akan dikenai konsekuensi internasional. Menurut Sander, serangan malware NotPetya menyebabkan kerugian miliaran dolar atau triliunan rupiah.
Tudingan Sanders ini mengikuti tudingan yang disampaikan Menteri Pertahanan Inggris, William Gavin, sebelumnya.
“Kita telah memasuki era baru peperangan dengan menyaksikan kerusakan akibat serangan konvensional militer dan serangan siber berbahaya,” kata Williamson.
Menurut Washington Post dengan mengutip sumber dari CIA, agen mata-mata militer GRU Rusia, yang merupakan direktorat utama dari kantor staf umum dari militer Rusia, mencitpakan malware NotPetya.
Malware yang diduga berasal dari Rusia ini menyerang komputer yang terkait dengan berbagai sistem keuangan di Ukraina lalu menyebar ke berbagai komputer di Eropa. Kerugian diperkirakan mencapai US$1,2 miliar atau sekitar Rp16,3 triliun atau sekitar 850 juta pounds.