TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Israel sangat yakin bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyalahgunakan kekuasaannya dengan menerima hadiah dari pengusaha.
Ada dua kasus yang memungkinkan PM Netanyahu menjalani pemeriksaan. Investigasi pertama dikenal dengan Kasus 1.000, yang berisi tudingan bahwa Netanyahu menerima gratifikasi dari sejumlah pengusaha kaya dengan imbalan bantuan politik.
Baca: Terkait Suap, PM Israel Netanyahu Diperiksa Jaksa
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Moskow, Rusia, 29 Januari 2018. Maxim Shemetov/Reuters
"Kuat dugaan Perdana Menteri Netanyahu menerima suap, curang dan menyalahgunakan kepercayaan," bunyi pernyataan kepolisian Israel seperti dilaporkan media Israel.
Kepolisian Israel, tulis koran Haaretz, menuding PM Netanyahu menerima sampanye, cerutu, perhiasan dan pakaian senilai sekitar US$ 280 ribu atau setara dengan Rp 3,8 miliar.Seorang wanita berpose didepan mural Presiden Donald Trump yang berciuman dengan PM Israel Benjamin Netanyahu yang dibuat oleh seniman grafiti asal Australia di dinding Bethlehem, 28 Oktober 2017. REUTERS/Ammar Awad
Adapun penyelidikan kedua menyangkut masalah yang dikenal dengan sebutan Kasus 2.000. Dalam kasus ini, PM Nentayahu dituduh memenangkan koran Israel Yedioth Ahronoth demi liputan positif sehingga menggeser pesaingnya Israel Hayom.
Baca: Polisi Israel Pastikan PM Netanyahu Jadi Tersangka
"Atas 'jasa' tersebut PM Netanyahu menerima gratifikasi," kata polisi Israel seperti dikutip Al Jazeera, Rabu. Semua tudingan kepolisian Israel tersebut, tulis Al Jazeera, ditepis enteng oleh PM Nentanyahu. "Dia yakin sama sekali tidak bersalah atas apa yang dilakukan."