TEMPO.CO, Jakarta - Irak membutuhkan dana sedikitnya US$ 88,2 miliar atau sekitar Rp 1.200 triliun untuk pembangunan kembali negara itu setelah dihantam perang bertahun-tahun dan kejatuhan ekonomi.
Keterangan tersebut disampaikan oleh Menteri Perencanaan Irak, Qusay Abdulfattah, dalam konferensi internasional di Kuwait, Senin, 12 Februari 2018.
Baca: Terpuruk di Irak, ISIS Minta Bantuan Al-Qaeda
Abdulfattah mengatakan kepada kantor berita Reuters, dana sekitar US$ 22 miliar (Rp 300 triliun) untuk pembangunan jangka pendek, sedangkan US$ 65 miliar (Rp 887 triliun) untuk jangka menengah.
Seorang bocah irak yang diungsikan dari Mosul, memanggang roti dengan menggunakan alat bakar tradisional untuk disantap dalam buka puasa di bulan Ramadan, di sebuah kamp pengungsi al-Khazir di pinggiran kota Erbil, Irak, 10 Juni 2017. REUTERS
"Hampir seluruh dana tersebut digunakan untuk pembangunan perumahan, selain infrastruktur," ucapnya seperti dikutip Middle East Monitor.
Sejak Amerika Serikat memimpin pasukan sekutu melakukan invasi militer ke Irak pada 2003, negeri ini dihantam kerusuhan terus menerus dan terancam perpecahan, bahkan sebagian wilayahnya sempat dikuasai oleh ISIS.
Baca: Perang di Mosul, ISIS Gunakan Drone Serang Pasukan Irak
Pemerintah Irak merencanakan akan menggelar pemilihan umum tahun ini meskipun blok Sunni meminta agar pesta demokrasi tersebut ditunda hingga seluruh warga yang mengungsi atau meninggalkan tanah air kembali pulang.