TEMPO.CO, Washington -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bersedia untuk diperiksa penasehat khusus Robert Mueller dalam investigasi dugaan keterlibatan Rusia dalam pemenangannya sebagai Presiden pada pilpres 2016.
"Saya ingin melakukannya, sebenarnya," kata Trump saat ditanya media di Gedung Putih, Kamis, 25 Januari 2018, seperti dilansir CNN, MSNBC dan Politico. "Ini ceritanya: tidak ada kolusi apapun. Tidak ada upaya menghalang-halangi hukum apapun. Dan saya menantikan untuk melakukan ini."
Baca: Penutupan Pemerintahan AS Berakhir, Demokrat Sindir Trump
Robert Mueller III merupakan mantan direktur Biro Investigasi Federal (FBI) sejak 2001 hingga 2013. Dia ditunjuk sebagai penasehat khusus Kementerian Kehakiman AS pada 2017 untuk menyelidiki dugaan keterlibatan Rusia dalam pemenangan Trump pada pilpres 2016. Saat itu, Trump bersaing dengan bekas menteri luar negeri AS, Hillary Clinton.
Baca: Pemerintahan Trump mulai Ditutup Pasca Gagalnya Pengesahan Bujet
Trump mengatakan sebagian orang menyebut upayanya melawan investigasi ini sebagai pelanggaran hukum. "Sekarang mereka mengatakan,'Oh, apakah dia melakukan perlawanan? Anda melakukan perlawanan. Oh itu menghalang-halangi hukum," kata Trump.
Meski bersedia untuk diperiksa Mueller, masalah ini masih tergantung nasehat dari para pengacaranya.
"Apakah Hillary melakukannya di bawah sumpah? Saya ingin melakukannya di bawah sumpah. Saya akan lakukan itu. Saya akan lakukan itu di bawah sumpah."
Menurut media Politico, pernyataan Trump itu kurang tepat karena berbohong kepada agen FBI, yang sedang melakukan investigasi, baik di bawah sumpah atau tidak tetap merupakan sebuah pelanggaran hukum federal.
Ini terjadi saat bekas penasehat keamanan Trump, Michael Flynn dan bekas penasehat kampanye Trump, George Ppadopoulos, mengaku bersalah karena memberikan pernyataan keliru kepada agen FBI terkait penyelidikan Mueller.
Pernyataan Trump ini menyusul terkuaknya berita oleh CNN bahwa Mueller sebenarnya telah memerika Jaksa Agung, Jeff Sessions, pada pekan lalu. Sessions menjadi orang pertama dalam kabinet Trump yang dimintai keterangan oleh Mueller.
Mueller juga dikabarkan telah memeriksa bekas direktur FBI, James Comey, yang diberhentikan Trump terkait investigasi surat elektronik Hillary, yang dinilai Trump kurang memuaskan. Comey mengaku ditekan Trump untuk menghentikan investigasi atas Michael Flynn. Trump membantah ini.
Sumber-sumber CNN juga menyatakan Mueller tertarik untuk menanyai Trump terkait investigasi keterlibatan Rusia ini meskipun waktunya belum ditentukan.
Kesediaan Trump untuk diperiksa Mueller ini berbeda dengan pernyataan Trump sebelumnya pada awal Januari saat menggelar jumpa pers dengan Perdana Menteri Norwegia. Saat itu Trump mengatakan wawancara dirinya oleh Mueller kemungkinan tidak diperlukan. "Saya akan lihat nanti. Tapi saat mereka tidak punya bukti kolusi dan tiak ada kolusi apapun di tingkat apapun maka terlihat tidak mungkin Anda akan melakukan wawancara itu. "