TEMPO.CO, Jakarta -Ratusan orang mengikuti latihan evakuasi menghadapi serangan rudal balistik Korea Utara pada Senin, 22 Januari 2018 di Tokyo. Latihan evakuasi ini merupakan yang pertama kali diadakan di ibukota Jepang sejak Perang Dunia II.
Setelah Korea Utara melakukan uji coba peluncuran rudal, latihan evakuasi serupa telah diadakan di beberapa perfektur di negara itu termasuk Akita, Niigata dan Toyama.
Baca: 3 Skenario Meruntuhkan Rezim Korea Utara
Latihan evakuasi diadakan bekerja sama dengan pemerintahan metropolitan Tokyo atau kantor Bunkyo Ward, Kantor Kabinet dan dua stasiun kereta bawah tanah dan taman bermain dan hiburan, seperti dikutip dari Jiji Press, 22 Januari 2018.
Sekitar 350 warga dan pekerja di perusahaan yang berlokasi di Tokyo berlatih merespons situasi dararut.
Aparat meminta penduduk setempat untuk evakuasi ke area bawah tanah atau ke dalam gedung melalui komunitas sistem nirkabel dan email berisikan pemberitahuan darurat bahwa mereka telah menerima informasi tentang tembakan rudal melalui sistem peringatan dini nasional, J-Alert.
Beberapa warga masih kebingungan mengikuti latihan evakuasi itu.
Baca: Korea Utara Siap Luncurkan Roket Terbesar Penghujung Tahun Ini
"Sekalipun saya diberikan penjelasan, tapi saya tidak tahu apa yang harus dilakukan begitu pengumuman dibuat," kata seorang pekerja perusahaan usia 23 tahun.
"Andai tidak ada arahan dari anggota staf, saya akan kebingungan," ujarnya lagi.
Beberapa warga mendukung latihan evakuasi ini meski mereka berharap tidak akan pernah terjadi serangan rudal balistik ke negaranya.
"Saya pikir latihan ini lebih baik daripada tidak, namun saya berdoa tidak ada serangan rudal dari Utara," ujar Shota Matsushima, 20 tahun, mahasiswa di satu universitas, seperti dikutip dari Changgel News Asia, 22 Januari 2018.
Baca: Kena Sanksi, Koki Jepang di Korea Utara Tak Dapat Ikan Impor
Seorang warga Jepang bernama Ikie Kamioka menolak mengikuti latihan evakuasi dengan alasan latihan itu justru mempromosikan perang. Sebelumnya, aksi demo menolak latihan evakuasi perang ini telah disuarakan puluhan orang.
"Saya tidak mau ikut serta dalam pelatihan seperti ini dan saya menentangnya, karena ini cara untuk mempromosikan perang. Kamu tidak akan dapat bertahan hidup jika perang terjadi. Perang nuklir akan menghancurkan segalanya." kata Ikea Kamioka, berusia 77 tahun dan mantan guru sekolah dasar.
Korea Utara telah mengancam akan menenggelamkan Jepang ke dalam laut hingga jadi abu. Jepang merupakan sekutu utama Amerika Serikat melawan Korea Utara. Setahun lalu, Pyongyang menembakkan tiga rudalnya ke arah Jepang dan jatuh ke laut tak jauh dari negara itu. Sehingga warga Jepang panik dan marah.