TEMPO.CO, Jakarta -Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman mengusulkan Abu Dis sebagai kota masa depan Palestina untuk mengakhiri konflik berkepanjangan Israel dan Palestina untuk memperebutkan Yerusalem.
Bin Salman menyampaikan usulannya itu saat Presiden Palestina Mahmoud Abbas berkunjung ke Riyadh pada Oktober lalu. Usulan itu diungkap oleh Middle Eas Monitor pada 6 Desember 2017 sehubungan dengan pengakuan resmi Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Baca: Warga Palestina Menentang Kedubes Amerika Serikat di Yerusalem
Abu Dis adalah kota Palestina di dekat Yerusalem Timur yang diduduki Israel. Menurut Kesepakatan Oslo, wilayah itu diklasifikasikan sebagai Area B yang dikelola bersama oleh Israel dan Otoritas Palestina.
Selanjutnya, Bin Salman menyarankan sebuah negara Palestina untuk wilayah yang tidak bersebelahan dengan Tepi Barat yang diduduki Israel. Wilayah ini diberi kedaulatan terbatas.
Bagi pengungsi Palestina dan keturunan mereka yang tinggal di negara lain, kata Bin Salman, tidak diberikan hak untuk kembali ke Israel.
Baca: Uni Eropa Tidak Pindahkan Kedutaannya ke Yerusalem
Bin Salman memberikan batas waktu hingga 2 bulan kepada Abbas untuk menyetujui atau tidak usulan Saudi.
Aktivis pedamaian dan hak asasi manusia mengecam usulan Putra Mahkota Saudi itu dengan merilis sebuah tanda pagar atau tagar di Twitter dengan nama "Jerusalem adalah ibukota kami".
Abbas tampaknya menolak usul Mohammed Bin Salman, dan menyatakan bahwa Yerusalem adalah ibukota abadi Palestina, sebagai area B yang dikelola bersama oleh Israel dan Otoritas Palestina.
Infografis: Korupsi Arab Saudi yang Harus Diberantas Putra Mahkota Arab Saudi