TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 29 negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO akan menjalankan prinsip pertahanan kolektif menghadapi serangan rudal balistik antarbenua atau ICBM Korea Utara yang dinamai Hwasong-15. Bagaimana sistem pertahanan kolektif itu bekerja jika ruda Hwasong-15 menyerang?
Prinsip kolektif itu sepertinya sudah diberi sinyal oleh Presiden Donald Trump saat menanggapi peluncuran Hwasong-15. Trump dengan penuh percaya diri berujar: "kami akan hati-hati terhadapnya".
Baca: Nato Tuding Korea Utara Menjadi Ancaman Global
Arti kata "Kami", seperti dikutip dari The Sun, 30 November 2017, diperkirakan merujuk pada NATO. Kenapa? Hwasong-15, rudal ICBM terbaru Korea Utara, mampu menjangkau sasaran lebih dari 8000 kilometer jauhnya. Itu artinya semua anggota NATO termasuk Inggris dan Amerika Serikat masuk dalam jangkauan Hwasong-15.
NATO akan menjadi pertahanan garis pertama bagi seluruh anggotanya saat diserang Korea Utara. Meskipun, sebagian besar anggotanya memiliki operasi pertahanan utama sendiri-sendiri.
Baca Juga:
NATO sebagai aliansi 29 negara di wilayah Eropa dan Amerika Utara didirikan atas prinsip pertahanan bersama. Itu artinya, jika satu negara anggota NATO diserang, maka itu artinya penyerang melakukan serangan terhadap semua anggota NATO.
"Ini merupakan sikap satu untuk semua yang didasarkan pada deteksi sistem pertahanan , tentukan, dan hancurkan, udengan tujuan melindungi sekitar satu miliar orang," mengutip The Sun.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong, melihat rudal balistik antar benua Hwasong-15 yang siap diluncurkan saat uji coba di Pyongyang, 30 November 2017. Hwasong-15 yang dapat mencapai ketinggian 4.475km maka mampu untuk mencapai daratan Amerika Serikat. REUTERS/KCNA
Baca: NATO Pantau Situasi Semenanjung Korea
Selain itu NATO juga akan melakukan operasi top rahasia di darat, laut, udara, dan pertahanan angkasa dan unit-unit serangan di seluruh Eropa dan Amerika Utara.
Sistem yang bekerja independen ini dihubungkan dengan satu operasi komunikasi dan komputer super raksasa yang bermarkas di kamp militer Amerika Serikat di Ramstein, Jerman.
Begitu rudal balistik Korea Utara diluncurkan, para komandan NATO secepatnya mengeluarkan tanda peringatan yang dikirimkan ke markas militer aliansi di Ramstein untuk dianalisa.
Begitu pesan serangan itu dibenarkan terjadi, dalam hitungan beberapa detik pesan dikirim ke seluruh pusat komando aliansi dan persenjataan.
Baca: 4 Hal Menarik dalam Setahun Korea Utara Uji Coba Senjata Nuklir
Saat rudal terus mendaki maka mesin akan terbakar lalu satelit inframerah tak lagi dapat menjejakinya. Sehingga penjejakan dilanjutkan ke radar AN/TPY 2 di Amerika Serikat dan radar yang ditematkan di kapal laut Belanda, Smart-L Radar.
Radar itu mampu menjejaki 100 objek dalam serangan beberapa rudal secara bersamaan.
Roket-roket yang datang akan disasar oleh radar yang diarahkan oleh sistem rudal Patriot, lalu dihancurkan atau dikapalkan ke unit pertahanan Aegis. Hulu ledak rudal musuh akan diambil tanpa meledakkannya.
Saat latihan militer di Laut Aegean, NATO sukses sepenuhnya menjatuhkan rudal balistik dan hulu edak diambil tanpa menimbulkan ledakan.