TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Theresa May menelepon Presiden Mesir Abdel Fatah el Sisi, Sabtu, 25 November 2017, untuk menyampaikan belasungkawa atas serangan barbar di sebuah masjid pada Jumat, 24 November 2017, yang menewaskan sedikitnya 300 orang.
Dalam percakapan melalui telepon tersebut, Ahram melaporkan, May juga menyatakan siap membantu Mesir melakukan apa yang memungkinkan.
Baca: Ini Profil Masjid Rawdah Mesir yang Diserang Teroris ISIS
Warga Mesir berjalan di depan sejumlah jenazah korban tewas aksi serangan bom dan tembakan di dalam Masjid Rawdah di Ibukota Provinsi Sinai, Mesir, 24 November 2017. Saat ini belum terdapat kelompok yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. AFP PHOTO
Serangan bersenjata dan bom terhadap jemaah masjid saat salat oleh kelompok Islam militan, Jumat, 24 November, mengakibatkan sedikitnya 300 orang dan melukai puluhan lainnya.
"Perdana Menteri secara pribadi menyampaikan belasungkawa atas serangan barbar terhadap Masjid Rawdah di Sinai Utara," kata juru bicara Downing Street.
Dia mengatakan kedua pemimpin berbicara mengenai serangan mengerikan yang sedang dihadapi oleh Mesir. "Inggris siap membantu apa yang memungkinkan," katanya.
Warga Mesir membawa sejumlah jenazah korban serangan bom dan tembakan saat berlangsungnya Salat Jumat di sebuah Masjid Rawdah di ibukota provinsi Sinai Utara, Mesir, 24 November 2017. Korban tewas bertambah, hingga kini tercatat terdapat sekitar 235 orang tewas atas serangan tersebut. AFP PHOTO
Sekitar 30 orang membawa bendera hitam memasuki masjid dan melakukan pembantaian terhadap para jemaah yang sedang salat Jumat. Akibat serangan tersebut, sedikitnya 300 orang tewas, termasuk 27 anak dan 128 orang cedera.
Mesir langsung merespons dengan melakukan serangan udara terhadap posisi militan di Sinai Utara.
Baca: Jusuf Kalla Mengutuk Serangan Bom Mesir
Sejumlah pemimpin negara menyampaikan ucapan dukacita kepada Presiden Mesir atas insiden mematikan tersebut. Ucapan itu antara lain berasal dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Paus Vatikan, dan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika.