TEMPO.CO, Jakarta - Korban gempa Iran tengah menanti uluran tangan semua pihak untuk membantu mereka bertahan dari lapar dan udara dingin ekstrim. Para korban selamat dari gempa dahsyat akhir pekan lalu yang menewaskan lebih dari 500 orang di Iran barat itu memohon aparat setempat untuk mengirimkan makanan dan tempat berlindung.
Pejabat Iran membatalkan operasi penyelamatan di awal hari dengan alasan ada sedikit kesempatan untuk menemukan lebih banyak korban selamat dari gempa tersebut, yang menewaskan setidaknya 530 orang dan melukai ribuan lainnya. Itu adalah gempa paling mematikan di Iran dalam lebih dari satu dekade.
Baca: Jumlah Korban Tewas Gempa Iran Dekati Gempa Meksiko, 340 Orang
Gempa Iran, 250 Orang Tewas
Banyak korban yang selamat kehilangan tempat tinggal akibat gempa berkekuatan 7,3 pada hari Minggu, 12 November 2017. Gempa yang melanda desa dan kota di provinsi Kermanshah di sepanjang perbatasan pegunungan dengan Irak, berjuang melalui hari suram demi makanan, air dan tempat tinggal.
Iran sejauh ini menolak tawaran bantuan asing untuk mengatasi guncangan tersebut, yang menurut pejabat merusak 30.000 rumah dan menghancurkan dua desa secara total.
"Kami lapar. Kami kedinginan. Kami kini adalah tunawisma. Kami sendirian di dunia ini," kata Maryam Ahang yang kehilangan 10 anggota keluarganya di eilayah Sarpol-e Zahab, kota paling parah terdampak gempa, seperti dikutip dari Japan Times, 15 November 2017.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mendesak badan-badan pemerintah pada hari Selasa, 14 September 2017 untuk mempercepat upaya bantuan. Presiden Hassan Rouhani juga telah berkunjung ke wilayah yang tertimpa bencana, berjanji untuk menyelesaikan masalah dalam waktu singkat.
Baca: Gempa di Perbatasan Irak-Iran, Kemenlu: Tak Ada Korban WNI
Sejumlah warga melihat korban luka dan meninggal akibat gempa bumi di Kermanshah, Iran, 13 November 2017. Tasnim News Agency/Handout via REUTERS
Ribuan orang meringkuk di kamp darurat, sementara banyak lainnya memilih untuk menghabiskan malam yang dingin di tempat terbuka karena mereka takut menjadi korban gempa susulan.
Televisi nasional menyiarkan rekaman penduduk desa yang menangis membawa jasad yang hanya terbungkus selimut dan seprai berlumuran darah, dan menggaruk-garuk tangan kosong mereka melalui reruntuhan untuk mencari teman dan keluarga.
"Kami menghabiskan dua malam dalam cuaca dingin. Dimana bantuannya?" kata Reza, dari kota Sarpol-e Zahab. Dia kehilangan 34 anggota keluarganya pada hari Minggu.
Di sisi perbatasan Irak, sembilan orang terbunuh dan lebih dari 550 terluka, semuanya berada di provinsi Kurdi utara.
Televisi menunjukkan pekerja penyelamat menyisir puing-puing belasan desa segera setelah terjadi gempa. Namun pada Selasa pagi pejabat Iran mengatakan tidak ada lagi kemungkinan untuk menemukan korban selamat dan membatalkan pencarian.
Rumah sakit di provinsi-provinsi terdekat mencatat banyak yang terluka. Televisi menayangkan rekaman korban selamat yang menunggu untuk diobati. Ratusan korban luka kritis dikirim ke rumah sakit di Teheran.
Bulan Sabit Merah Iran mengatakan bahwa tempat penampungan darurat telah disediakan bagi ribuan orang korban namun kekurangan listrik dan air, serta jalan yang tersumbat, menghambat usaha pasokan bantuan.
Iran diliputi oleh garis patahan geologi utama dan telah mengalami beberapa gempa bumi yang menghancurkan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gempa 6,6 skala Richter pada 2003 yang menghancurkan kota tenggara Bam yang bersejarah dan membunuh lebih dari 31.000 orang.