TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi HAM Myanmar, Burma Human Rights Network (BHRN), meminta pemerintah Myanmar segera mengirimkan bantuan dan pengamanan untuk sekitar 11 ribu warga di lima desa Rohingya di Kabupaten Rathedaung. Aktivis BHRN mengatakan penduduk kelima desa ini terancam kekurangan bahan pangan dan membutuhkan bantuan keamanan di tengah ancaman penduduk desa etnis Rakhine di sekitarnya.
BHRN merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang Hak Asasi Manusia, hak minoritas dan kebebasan beragama di Myanmar. BHRN memainkan peran penting dalam mendukung penegakan hak asasi manusia dan kebebasan beragama dengan dukungan para politisi dan pemimpin dunia, khususnya di Myanmar.
Baca: ASEAN Terbitkan Chairman Statement Krisis Rohingya di Rakhine
Sebelum operasi militer Myanmar menghadapi serangan pemberontak Rohingya, ARSA, bulan lalu, terdapat 23 desa muslim etnis Rohingya. Namun saat ini hanya 5 desa yang bertahan, 18 desa lainnya telah hangus terbakar dan dihancurkan.
Di saat yang sama penduduk desa yang tersisa mengatakan mereka dibawah ancaman sekelompok warga desa di Rakhine yang menjadi tetangga desa mereka. Mereka tidak diperbolehkan menyelamatkan diri dari desanya maupun keluar untuk mencari makanan dan keamanan.
Lima desa muslim etnis Rohingya tersebut adalah desa Nyaung Bin Gyi, Ah Naut Pyin, Sin Khon Taing, Arkar Taung dan Kan Seik. Warga Desa Nyaung Bin Gyi dan Ah Naut Pyin merupakan orang-orang yang mengungsi ketika terjadi kericuhan anti-muslim pada tahun 2012 di Myanmar.
Warga Desa Nyaung Bin Gyi mengeluhkan jatah makanan telah dipotong sejak Juni tahun lalu dan hanya 1.391 warga yang menerima jatah makanan dari total populasi warga desa yang mencapai 1.781 orang. 400 warga lainnya terpaksa berbagi dengan warga lainnya, menghabiskan makanan yang tersedia di desa.
Baca: Paus Desak Myanmar Hentikan Kekerasan terhadap Rohingya
Hampir sama dengan desa Nyaung Bin Gyi, warga desa Ah Naut Pyn menyatkan 400 orang di desanya harus bertahan tanpa jatah makan. Selain itu tetangga desa di Rakhine mereka mencegah warga desa Ah Naut Pyn meninggalkan desanya untuk mencari makanan ataupun bantuan.
Warga desa Ah Naut Pyn melaporkan kepada BHRN bahwa ketika mereka melewati desa mereka diancam dan mendengar suara tembakan dari kejauhan. Namun ketika mereka melaporkan suara tembakan itu kepada polisi lokal, petugas mengklaim suara itu suara petasan.
Para warga Ah Naut Pyn telah meminta mereka untuk dipindahkan namun permintaan mereka tidak pernah ditanggapi. Saat ini warga desa hanya memiliki cukup makanan untuk dua minggu ke depan.
Berbeda dengan dua desa sebelumnya, desa Sin Khon Taing, Arkar Taung dan Kan Seik terisolasi dari dunia luar dengan tidak adanya jalan yang menghubungkan mereka ke kabupaten Rathedaung. Jalur transportasi yang tersedia bagi mereka hanyalah dengan perahu.
Warga ketiga desa ini juga mengeluhkan warga desa terancam kelaparan karena kekurangan jatah makanan.
“Rakyat miskin sedang kelaparan. Siapa pun yang dapat melaporkan (situasi ini) tolong laporkan. Kami tidak dapat pergi kemana-mana. Ketika kami menghubungi pemerintah kami tidak mendapatkan respon apa-apa,” kata salah satu warga desa Sin Khon Taing.
Total populasi dari kelima desa ini sebanyak 11.000 warga termasuk anak-anak dan orang tua yang rentan akan malnutrisi dan penyakit. Para warga desa etnis Rohingya ini merasa mereka lebih terisolasi dan miskin dari sebelumnya.
Menghadapi situasi ini BHRN mendesak pemerintah Myanmar untuk segera mengirimkan bantuan ke lima desa etnis Rohingya yang tersisa. BHRN juga meminta bantuan komunitas internasional untuk menekan pemerintah Myanmar agar segera mengizinkan akses bantuan bagi warga Rohingya yang tinggal di Myanmar agar dapat segera memenuhi kebutuhan mereka.
DWI NUR SANTI