Cara Korea Utara Kumpul Uang- Raup Miliaran dari Polandia, Malta  

Reporter

Selasa, 25 April 2017 17:33 WIB

Gedung Jobsplus, pusat ketenagakerjaan dan pelatihan bagi pekerja di Malta. rfa.org

TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara telah dijerat berbagai sanksi atau hukuman oleh dunia internasional setelah meluncurkan uji coba sejumlah rudal balistik dan nuklir. Bahkan Korea Selatan menutup kawasan zona industri Kaesong, satu-satunya zona yang mempertemukan dua negara yang terbelah setelah Perang Korea usai.

Dunia internasional berharap sanksi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun sanksi sepihak Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, dan Jepang akan membuat Korea Utara tak lagi memiliki dana untuk meneruskan percobaan senjata pemusnah massal itu.

Baca juga: Cara Korea Utara Kumpul Uang- Dirikan 12 Klinik Medis di Tanzania

Ternyata Korea Utara terus melanjutkan program nuklirnya di tengah hantaman berbagai sanksi politik maupun sanksi ekonomi.

Lalu, bagaimana Korea Utara mengumpulkan uang asing untuk dapat melanjutkan roda perekonomiannya yang diduga diprioritaskan untuk membangun program senjata nuklirnya?

Laporan investigasi Radio Free Asia (RFA) mengungkapkan modus Korea Utara mengumpulkan mata uang asing dengan mengerahkan rakyatnya bekerja ke luar negeri dan pulang membawa uang asing. Selain itu, beberapa media memberitakan tentang jaringan bisnis Korea Utara di negara lain seperti Malaysia. Berikut laporannya.

Baca juga: Kapal Induk Amerika Tiba, Korea Utara Adakan Latihan Perang

Polandia
Korea Utara berburu mata uang asing hingga ke Polandia. Ratusan pekerja dikirim ke negara itu untuk dijadikan buruh. Upah buruh akan dikirim sepenuhnya ke pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un untuk mengembangkan program nuklirnya.

Sejumlah pekerja Korea Utara tidak menerima upah yang adil dan menghadapi pembatasan dalam aktivitas mereka.

Jaroslaw Lesniewski, Direktur Inspektorat Tenaga Kerja Nasional Polandia (PIP), mengatakan bahwa agensinya menemukan beberapa pengusaha yang mengeksploitasi pekerja Korea Utara di negara tersebut.

Menurut Lesniewski, penyelidikan pemerintah menyusul laporan media dan kelompok hak asasi manusia yang dimulai pada tahun 2013, mengatakan bahwa pekerja di Polandia hidup tertindas, seperti yang mereka alami di Korea Utara.

Polandia merupakan satu dari dua negara Eropa yang memberikan visa kerja kepada pekerja Korea Utara, yang oleh rezim Kim Jong Un dikirim ke luar negeri untuk mendapatkan mata uang asing. Uang asing itu akan digunakan dalam pengembangan senjata nuklir.

Sebuah laporan baru-baru ini oleh Vice News di Jerman mengatakan pemerintahan Kim Jong-un menghasilkan sekitar US$ 35.000 per tahun atau Rp 464,7 juta untuk setiap pekerja yang dikirim ke Polandia. Bayangkan jika ada ratusan pekerja Korea Utara di Polandia, miliaran rupiah mengalir ke Pyongyang.

Organisasi hak asasi manusia di Korea Selatan, Belanda dan Inggris telah mendapatkan dokumen-dokumen yang menunjukkan bahwa terdapat seorang pejabat Korea Utara yang bertanggung jawab atas upah bulanan semua pekerja Korea Utara di Polandia.

Selain kehilangan sekitar 90 persen dari upah mereka sendiri, warga Korea Utara yang berbasis di Polandia bekerja sampai 12 jam per hari dan mengalami penganiayaan fisik dan mental oleh pengawas mereka di tempat kerja.

Warga Korea Utara di Polandia rata-rata bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik dan pertanian serta di perkapalan.

Baca juga: Intelijen Five Eyes Bertemu di Selandia Baru, Bahas Korea Utara?

Malta
Malta merupakan negara kedua di Eropa yang memberikan visa kerja bagi warga Korea Utara. Beberapa perusahaan yang berbasis di Malta telah menjadi lahan bagi rezim Kim Jong-un mengumpulkan pundi-pundi mata uang asing.

Meskipun secara perlahan pemerintah negara kepulauan itu mulai membatasi visa dan perpanjangan visa baru untuk pekerja Korea Utara. Namun beberapa perusahaan masih berusaha menyediakan peluang bagi para pekerja dari negara komunis tersebut. Termasuk perusahaan konstruksi Bilom Group dan beberapa lainnya.

Terdapat puluhan pekerja Korea Utara di Malta sejak 2009 dan jumlahnya mulai menurun pada 2016.

Rata-rata mereka bekerja di industri manufaktur, konstruksi, dan jasa di Malta, dan sering bekerja keras dalam kondisi yang tidak menguntungkan dengan upah sedikit.

Baca juga: Kapal Induk Amerika Carl Vinson Tiba di Korea Selatan

Laporan oleh In-Nazzjon dan Times of Malta, surat kabar setempat, mengatakan bahwa pekerja Korea Utara menerima 70 euro atau Rp 1 juta per bulan untuk durasi kerja 14 jam sehari dan enam hari seminggu. Diyakini sebagaian besar gaji mereka telah dipotong untuk dikirim ke rezim Kim Jong-un guna mengembangkan program nuklirnya.

Dalam sebuah laporan tentang hak asasi manusia di Korea Utara yang diajukan ke Kongres pada Agustus 2016, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menempatkan nama Malta sebagai satu dari 23 negara yang secara aktif menggunakan buruh yang dikirim untuk mendapatkan uang tunai untuk Korea Utara.

Pemerintah Malta telah berjanji kepada Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yun Byung Se dalam kunjungan pertamanya ke negara tersebut pada Juli 2016 bahwa akan mengakhiri perekrutan pekerja Korea Utara melalui peraturan visa baru.

RADIO FREE ASIA|YON DEMA

Berita terkait

Adik Kim Jong Un Umumkan Korea Utara sedang Bangun Militer Besar-besaran

7 hari lalu

Adik Kim Jong Un Umumkan Korea Utara sedang Bangun Militer Besar-besaran

Adik Kim Jong Un memastikan negaranya akan terus membangun kekuatan militer besar-besaran dan terkuat untuk melindungi kedaulatan dan perdamaian

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un Rilis Lagu Baru, Puji Dirinya Ayah yang Ramah

12 hari lalu

Kim Jong Un Rilis Lagu Baru, Puji Dirinya Ayah yang Ramah

Pemimpin otoriter Korea Utara, Kim Jong Un, merilis lagu baru yang menyatakan ia adalah ayah yang ramah.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan di Bandara Kuala Lumpur, Masih Ingat Kematian Kim Jong Nam Adik Kim Jong Un di Sini?

15 hari lalu

Pembunuhan di Bandara Kuala Lumpur, Masih Ingat Kematian Kim Jong Nam Adik Kim Jong Un di Sini?

Terjadi penembakan di Bandara Kuala Lumpur. Di tempat ini pula pada 2017 terjadi kasus pembunuhan Kim Jong Nam, saudara tiri Kim Jong Un.

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un: Sekarang Waktunya Bersiap untuk Perang

19 hari lalu

Kim Jong Un: Sekarang Waktunya Bersiap untuk Perang

Kim Jong Un mengatakan Korea Utara siap untuk perang.

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

23 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Sandera Israel Ditemukan Tewas di Gaza, Kerabat Salahkan Pemerintah Netanyahu

23 hari lalu

Sandera Israel Ditemukan Tewas di Gaza, Kerabat Salahkan Pemerintah Netanyahu

Saudara perempuan Elad Katzir, sandera Israel yang ditemukan tewas di Gaza, menyalahkan pihak berwenang Israel atas kematiannya.

Baca Selengkapnya

Polandia Sebut Duta Besar Israel telah Minta Maaf atas Kematian Pekerja Bantuan di Gaza

25 hari lalu

Polandia Sebut Duta Besar Israel telah Minta Maaf atas Kematian Pekerja Bantuan di Gaza

Duta Besar Israel untuk Polandia Yacov Livne meminta maaf atas serangan Israel yang menewaskan seorang warga negara Polandia.

Baca Selengkapnya

Relawan WCK Tewas di Gaza, Polandia Tuntut Israel Minta Maaf dan Beri Kompensasi

25 hari lalu

Relawan WCK Tewas di Gaza, Polandia Tuntut Israel Minta Maaf dan Beri Kompensasi

Polandia menuntut permintaan maaf, kompensasi dan penyelidikan terhadap tewasnya relawan World Central Kitchen dalam serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

World Central Kitchen Serukan Penyelidikan Independen Atas Pembunuhan Pekerjanya di Gaza

26 hari lalu

World Central Kitchen Serukan Penyelidikan Independen Atas Pembunuhan Pekerjanya di Gaza

World Central Kitchen menyerukan "investigasi pihak ketiga yang independen" terhadap serangan udara Israel yang menewaskan tujuh stafnya di Gaza.

Baca Selengkapnya

Chef Pendiri World Central Kitchen: Israel Targetkan Pekerja Kami Secara Sistematis!

26 hari lalu

Chef Pendiri World Central Kitchen: Israel Targetkan Pekerja Kami Secara Sistematis!

Chef Jose Andres mengatakan bahwa serangan Israel yang menewaskan tujuh pekerja bantuan World Central Kitchen di Gaza adalah serangan sistematis

Baca Selengkapnya