TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Israel mengatakan pada Sabtu bahwa pasukannya menemukan jenazah seorang sandera Israel yang diculik oleh kelompok pejuang Palestina Hamas dalam serangan 7 Oktober. Israel mengklaim Elad Katzir kemudian dibunuh di Gaza.
Penemuan jenazah Elad Katzir menambah jumlah sandera yang tewas menjadi 12 orang, yang menurut tentara telah mereka bawa pulang dari Gaza selama perang.
Namun, saudara perempuan Katzir menyalahkan pihak berwenang Israel dan pemerintahan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu atas kematiannya.
Tentara Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "jenazah korban penculikan Elad Katzir, yang menurut intelijen dibunuh oleh Jihad Islam, diselamatkan semalam dari Khan Yunis dan dikembalikan ke wilayah Israel".
Katzir, 47 tahun pada saat penyerangan, diculik dari komunitas kibbutz Nir Oz bersama ibunya, Hanna.
Hanna dibebaskan pada 24 November selama gencatan senjata satu minggu dalam perang di Gaza. Ayah Katzir terbunuh dalam serangan di kibbutz, kata tentara.
Israel mengklaim intelijennya menunjukkan bahwa Katzir dibunuh pada pertengahan Januari, tak lama setelah Jihad Islam merilis rekaman video yang menunjukkan dia disandera.
“Dia terkubur di dalam tanah,” kata seorang pejabat militer kepada wartawan dalam sebuah pengarahan.
Pasukan mencapai lokasi tersebut dan “mulai melakukan penggalian” untuk menemukan jenazahnya, kata pejabat itu.
“Upaya mereka membuahkan hasil ditemukannya jenazah, yang kemudian diangkut ke Israel untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya.
Namun, adik Katzir mengungkapkan kemarahannya kepada pihak berwenang. "Elad diculik dari rumahnya di Nir Oz dalam keadaan utuh," tulis Carmit Palty Katzir di halaman Facebook-nya.
Dia menyalahkan pihak berwenang Israel atas kematian saudara laki-lakinya, dan mengatakan bahwa saudara laki-lakinya akan tetap hidup jika pihak berwenang menyetujui perjanjian gencatan senjata baru.
“Kepemimpinan kami pengecut dan didorong oleh pertimbangan politik, itulah sebabnya kesepakatan ini belum terjadi,” tulisnya.
"Perdana Menteri, kabinet perang, dan anggota koalisi: Lihatlah diri Anda di cermin dan katakan apakah tangan Anda tidak menumpahkan darah."
Komentarnya mencerminkan meningkatnya tekanan publik Israel terhadap pemerintahan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas cara mereka menangani perang di Gaza.
Para perunding diperkirakan akan tiba di Kairo pada hari ini untuk mendorong kembali tercapainya kesepakatan gencatan senjata ketika perang di Gaza mencapai enam bulan pada Minggu 7 April 2024.
Perundingan yang terhenti tidak menghasilkan kemajuan sejak gencatan senjata selama seminggu pada November, satu-satunya gencatan senjata sejak dimulainya perang, yang melibatkan pertukaran beberapa sandera dengan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Kelompok kampanye The Hostages Families Forum mengatakan Katzir ditahan hidup-hidup selama tiga bulan setelah penculikannya.
Selama bulan-bulan ini “tanda-tanda kehidupan dan laporan mengenai kondisinya sampai ke Israel,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Tiga bulan di mana ada kemungkinan untuk menyelamatkannya dan mengembalikannya hidup-hidup ke keluarga dan negaranya.”
"Kembalinya jenazah Elad Katzir adalah pengingat yang menyakitkan, segera, dan keras bahwa waktu telah lama habis bagi para sandera!"
Yacov Livne, duta besar Israel untuk Warsawa, mengatakan di media sosial bahwa Katzir memiliki kewarganegaraan ganda dengan Polandia.
“Elad, dari Kibbutz Nir Oz, juga warga negara Polandia… Alex Danzig, warga Polandia lainnya dari Nir Oz, masih ditahan di Gaza,” kata Livne di X.
Kementerian Luar Negeri Polandia mengatakan di X bahwa mereka "menerima berita itu dengan sedih" dan menyatakan belasungkawa.
Hubungan Polandia dan Israel telah tegang akibat serangan Israel di Gaza pada Senin yang menewaskan tujuh pekerja bantuan World Central Kitchen, termasuk warga negara Polandia Damian Sobol.
Polandia menuntut adanya "penyelidikan kriminal" atas pembunuhan tersebut.
Pada Sabtu, dalam pernyataan terpisah yang dikeluarkan pada unjuk rasa di Tel Aviv, keluarga sandera Israel kembali mengecam pihak berwenang atas cara mereka menangani masalah penyanderaan.
“Selama enam bulan kami berada dalam mimpi buruk yang dimulai pada Sabtu terkutuk itu pukul 06.29 pagi, mimpi buruk yang terus berlanjut dan semakin memburuk dari waktu ke waktu,” kata Esther Buchshtab, ibu dari sandera Yagev Buchshtab.
“Kami menuntut negara melakukan segalanya untuk mencapai kesepakatan, mengembalikan korban yang masih hidup untuk direhabilitasi dan korban yang dibunuh untuk dikuburkan.”
Perang Gaza paling berdarah yang pernah terjadi dimulai pada 7 Oktober dengan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Gaza oleh militan Hamas yang mengakibatkan kematian 1.139 orang di Israel selatan, menurut data Israel.
Bersumpah untuk menghancurkan Hamas, Israel tanpa henti membombardir Gaza melalui udara, darat dan laut, menewaskan sedikitnya 33.137 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Sekitar 250 warga Israel dan orang asing disandera pada 7 Oktober.
Sekitar 129 orang masih ditahan di Gaza, menurut pejabat Israel, termasuk 34 orang yang menurut tentara telah tewas.
Pilihan Editor: Satu Jasad Sandera Warga Israel yang Ditahan Hamas Ditemukan
AL MONITOR