Turki Tahan 10 Purnawirawan Laksamana karena Kritik Rencana Pemerintah

Senin, 5 April 2021 18:00 WIB

Kanal Istanbul, Mega Proyek Ambisius Erdogan, Tuai Kontroversi

TEMPO.CO, Jakarta - Turki pada Senin menahan 10 purnawirawan laksamana setelah 104 pensiunan perwira angkatan lain menandatangani deklarasi bersama mengkritik pernyataan Ketua Parlemen Mustafa Sentop perihal Konvensi Montreux.

Penahanan 10 pensiunan laksamana ini telah dilayangkan oleh Ketua Kejaksaan Ankara, menurut surat kabar Hurriyet Daily News, 5 April 2021.

Jaksa juga memerintahkan empat tersangka lainnya untuk melapor ke polisi Ankara dalam waktu tiga hari, memilih untuk tidak menahan mereka karena usia mereka.

Para mantan pemimpin militer senior dituduh menggunakan kekuatan dan kekerasan untuk menyingkirkan tatanan konstitusional, lapor televisi NTV, dikutip dari Al Jazeera.

Penahanan itu terjadi sehari setelah surat terbuka yang ditandatangani oleh 104 purnawirawan laksamana dikecam oleh kantor kepresidenan, yang mengatakan langkah itu mengingatkan pada masa kudeta masa lalu Turki.

Advertising
Advertising

Ke-14 tersangka diyakini telah mengatur deklarasi tersebut. Jaksa penuntut meluncurkan penyelidikan pada Ahad terhadap mantan perwira tinggi angkatan laut atas dugaan untuk melakukan kejahatan terhadap keamanan negara dan mengganggu ketertiban konstitusional.

Bulan lalu Ankara menyetujui rencana untuk mengembangkan kanal pengiriman di Istanbul, sebanding dengan kanal Panama atau Suez, yang otomatis akan membuka perdebatan tentang Konvensi Montreux 1936.

Proyek Kanal Istanbul ini memiliki panjang 45 kilometer dan lebar 400 meter untuk menghubungkan Laut Hitam dan Laut Marmara. Istanbulrealestate

Kanal Istanbul adalah rencana ambisius yang disebut Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai "proyek gila", yang telah membuatnya membangun bandara, jembatan, jalan, dan terowongan baru selama 18 tahun kekuasaannya.

Dalam surat mantan perwira angkatan laut yang dirilis Sabtu malam, para pensiunan laksamana mengaku khawatir untuk memperdebatkan kembali perjanjian Montreux, menyebutnya sebagai kesepakatan yang "paling melindungi kepentingan Turki".

Konvensi Montreux menjamin perjalanan bebas kapal sipil melalui selat Bosphorus dan Dardanelles di masa damai dan perang. Pakta ini juga mengatur penggunaan selat oleh kapal militer dari negara non-Laut Hitam, Al Jazeera melaporkan.

Jalur air antara Eropa dan Asia melalui dua selat di Turki tersumbat oleh lalu lintas maritim dan telah mengalami beberapa kecelakaan pengiriman dalam beberapa tahun terakhir.

"Mereka (para laksamana) harus tahu bahwa bangsa kita yang terhormat dan perwakilannya tidak akan pernah membiarkan mentalitas ini," kata juru bicara kepresidenan Ibrahim Kalin di Twitter.

Kementerian pertahanan Turki mengatakan deklarasi itu "tidak memiliki tujuan selain merusak demokrasi kita".

Militer, yang telah lama menganggap dirinya sebagai penjamin konstitusi sekuler negara, melakukan tiga kudeta antara 1960 dan 1980. Pada 2016, kudeta yang gagal menyebabkan lebih dari 250 tewas.

Deklarasi tersebut menuai reaksi keras dari pemerintah dan pejabat. Angkatan Bersenjata Turki tidak dapat digunakan sebagai kendaraan untuk ambisi seseorang atau orang yang tidak memiliki tugas dan tanggung jawab, kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan.

"Deklarasi tersebut hanya akan berdampak negatif terhadap moral dan motivasi stafnya serta membuat musuh senang," kata kementerian pertahanan dan menekankan bahwa menerbitkan deklarasi semacam itu "tidak akan menghasilkan apa pun selain merusak demokrasi kita."

Menteri Dalam Negeri Süleyman Soylu mengatakan para laksamana tidak boleh menggunakan pangkat dan jabatan mereka sebagai sarana untuk mendorong retorika politik mereka.

Baca juga: Simalakama Kanal Istanbul, Proyek Ambisi Erdogan

Deklarasi purnawirawan laksamana dari Angkatan Laut Turki mengecam pemerintah karena membuka jalan bagi perdebatan tentang kemungkinan penarikan diri dari Konvensi Montreux.

"Jika tidak, Republik Turki mungkin dapat menghadapi peristiwa, risiko, dan ancaman paling berbahaya, yang merupakan contoh dalam sejarah," kata deklarasi tersebut.

Dilaporkan Hurriyet, kisruh dengan pensiunan laksamana dimulai pada akhir Maret, ketika entop menjelaskan kepada stasiun televisi HaberTürk pada 24 Maret tentang keputusan Turki untuk menarik diri dari Konvensi Istanbul.

Wartawan itu bertanya, "Bagaimana jika suatu hari presiden berkata 'Saya menarik diri dari Konvensi Eropa untuk Hak Asasi Manusia, saya tidak mengakui Montreux, saya membubarkannya?'"

"Dia bisa. Tidak hanya presiden kita, tetapi Jerman, AS, atau Prancis juga dapat melakukannya. Tapi ada perbedaan antara mungkin dan memungkinan," jawab entop dalam acara tersebut.

entop pada 30 Maret, menegaskan kembali bahwa berhenti dari perjanjian internasional, seperti Konvensi Montreux, bukanlah agenda Turki.

HURRIYET | AL JAZEERA

Berita terkait

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

7 hari lalu

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

Turki mengatakan bahwa laporan HAM tahunan Washington gagal mencerminkan serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

8 hari lalu

Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

Qatar menyatakan tetap berkomitmen dalam upaya memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Baca Selengkapnya

Erdogan Bertemu Ismail Haniyeh, Israel Mengecam

11 hari lalu

Erdogan Bertemu Ismail Haniyeh, Israel Mengecam

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berusaha untuk menjadi penengah dalam konflik Gaza yang telah mengguncang Timur Tengah sejak 7 Oktober.

Baca Selengkapnya

Erdogan: Israel Kalahkan Hitler dengan Membantai 14 Ribu Anak-Anak Palestina

14 hari lalu

Erdogan: Israel Kalahkan Hitler dengan Membantai 14 Ribu Anak-Anak Palestina

Recep Tayyip Erdogan kembali menyamakan Israel dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler.

Baca Selengkapnya

Italia dan Turki Mulai Menerapkan Visa Digital Nomad Bulan Ini

15 hari lalu

Italia dan Turki Mulai Menerapkan Visa Digital Nomad Bulan Ini

Apa saja persyaratan untuk mendapatkan visa digital nomad di Italia atau Turki?

Baca Selengkapnya

15 Fakta Unik Turki, Negara yang Terletak di Benua Asia dan Eropa

15 hari lalu

15 Fakta Unik Turki, Negara yang Terletak di Benua Asia dan Eropa

Berikut ini daftar fakta unik Turki, mulai dari kebiasaan minum teh, asal-muasal Sinterklas, hingga bunga tulip yang jadi bunga nasional.

Baca Selengkapnya

Jelajahi Situs Bersejarah di Turki dengan Kereta Wisata Baru

17 hari lalu

Jelajahi Situs Bersejarah di Turki dengan Kereta Wisata Baru

Turki memiliki kereta wisata baru yang akan membawa wisatawan menjelajahi situs bersejarah di negara tersebut

Baca Selengkapnya

5 Tradisi Perayaan Lebaran di Berbagai Negara, Hidangan Ouzi di UEA sampai Ziarah Kubur di China

21 hari lalu

5 Tradisi Perayaan Lebaran di Berbagai Negara, Hidangan Ouzi di UEA sampai Ziarah Kubur di China

Perayaan lebaran di berbagai negara menunjukkan kekayaan budaya dan keberagaman. Berikut yang dilakukan di 5 negara ini.

Baca Selengkapnya

Desak Gencatan Senjata di Gaza, Turki Batasi Ekspor Puluhan Jenis Produk ke Israel

22 hari lalu

Desak Gencatan Senjata di Gaza, Turki Batasi Ekspor Puluhan Jenis Produk ke Israel

Kementerian Perdagangan Turki mengumumkan pembatasan ekspor produk tertentu ke Israel untuk mendesak gencatan senjata dan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Baca Selengkapnya

Erdogan Telepon Prabowo: Beri Selamat Menang Pilpres hingga Ucapan Idul Fitri

22 hari lalu

Erdogan Telepon Prabowo: Beri Selamat Menang Pilpres hingga Ucapan Idul Fitri

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan ucapan selamat kepada Prabowo Subianto via sambungan telepon.

Baca Selengkapnya