TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Ahad kemarin menyebut pemimpin Prancis dan Yunani rakus dan tidak kompeten karena menantang Turki mengeksplorasi Laut Mediterania.
Serangan Erdogan datang ketika Turki merayakan kemenangan Turki atas Yunani dalam perang kemerdekaan Turki 1992.
Dikutip dari Al Araby, 2 September 2020, saat itu Erdogan bertanya kepada para perwira militer baru di Ankara, "Apakah orang Yunani menerima apa yang bisa terjadi pada mereka karena pemimpin mereka yang rakus dan tidak kompeten?
"Apakah orang Prancis tahu harga yang akan mereka bayar karena pemimpin mereka yang serakah dan tidak kompeten?" katanya.
"Saat harus berperang, kita tidak akan ragu untuk berkorban. Pertanyaannya adalah: ketika mereka melawan kita di Mediterania, apakah mereka siap untuk melakukan pengorbanan yang sama? Kepada musuh kita, kita berkata: Ayo!" kata Erdogan dikutip dari Asharq Al-Awsat.
Krisis antara sekutu NATO yang dimulai pada 10 Agustus ketika kapal penelitian Turki Oruc Reis memasuki perairan Yunani, setelah itu kedua belah pihak mulai melakukan latihan angkatan laut.
Kapal perang kelas fregat dan jet tempur Prancis bergabung dengan militer Yunani, dan telah membayangi kapal-kapal Turki sementara Paris memperingatkan Erdogan untuk tidak bermain-main di Laut Mediterania Timur.
Pada Ahad Paris mengecam tindakan provokatif Turki.
Kapal-kapal Yunani dan Prancis berlayar dalam formasi selama latihan militer bersama di laut Mediterania, dalam gambar rilis foto tidak bertanggal yang diperoleh Reuters pada 13 Agustus 2020. [Kementerian Pertahanan Yunani / Handout via REUTERS]
Turki dan Yunani sekarang memperebutkan ladang gas lepas pantai di Mediterania Timur. Prancis telah bergabung dengan Yunani dan berisiko mengancam aliansi militer NATO. Sementara Jerman tengah berupaya menengahi sekutu NATO tersebut.
Siprus adalah negara ketiga yang terlibat dalam sengketa, yang bersaing untuk mendapatkan akses ke cadangan energi besar yang telah ditemukan di wilayah tersebut.
Menanggapi serangan Erdogan, Yunani membalasnya dengan "megalomania" Turki. Menteri Energi Yunani Kostis Chatzidakis mencela Turki karena menjalankan politik abad ke-19 dengan ancaman perang.
"Megalomania dan sikap mementingkan diri sendiri di sisi lain Laut Aegea adalah solusi yang buruk," kata Chatzidakis kepada kanal berita Skai.
Menteri Luar Negeri Turki memperingatkan Yunani agar tidak menggandakan wilayah perairannya di Laut Aegea dari enam menjadi 12 mil laut.
"Mereka tidak bisa memperpanjangnya hingga 12 mil laut. Keputusan yang diambil oleh Majelis kami bertahun-tahun yang lalu adalah sah. Ini bisa menyebabkan perang," kata Mevlut Cavusoglu.
Yunani sebelumnya telah membuat perjanjian dengan Mesir, Israel, dan Siprus-Yunani, yang membuka front baru menantang Turki.
Pada Sabtu Turki mengumumkan manuver militer baru di Siprus utara. Reuters melaporkan pada Senin, Turki juga memperpanjang waktu eksplorasi kapal Oruc Reis untuk survei seismik di wilayah sengketa perairan Mediterania Timur, dari rencana sebelumnya 1 September menjadi 12 September.
Sumber: