Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kanal Raksasa Turki, Proyek Ambisius Erdogan, Menuai Kontroversi

Reporter

Editor

Budi Riza

image-gnews
Kanal Istanbul, Mega Proyek Ambisius Erdogan, Tuai Kontroversi
Kanal Istanbul, Mega Proyek Ambisius Erdogan, Tuai Kontroversi
Iklan

TEMPO.CO, Istanbul - Rencana pembangunan proyek kanal raksasa oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan di Istanbul menyisakan keresahan di kalangan aktivis lingkungan serta petani Turki.

Kanal Istanbul sepanjang 45 kilometer ini akan menghubungkan laut utara dan selatan. Saluran kanal ini dibangun untuk memudahkan lalu lintas di selat Bosphorus, jalur pelayaran global utama. Ini juga akan menggambar ulang peta salah satu kota terbesar di Eropa, mengubah sisi baratnya menjadi sebuah pulau.

Baca: Jika RUU Ini Gol, Erdogan Jadi Presiden Turki Hingga 2029

 

Sejumlah pengkritik termasuk asosiasi arsitek nasional telah mempertanyakan perlunya pembangunan kanal. Asosiasi ini memperingatkan pembangunan kanal akan menghancurkan situs arkeologi berusia 8,500 tahun di dekat Istanbul dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas.

Union of Chambers of Turkish Engineers and Architects (TMMOB) mengkritik kanal itu sebagai "bencana" lingkungan dan perkotaan yang harus ditinggalkan.

Baca: Kunjungi Turki, Putin Temani Erdogan Resmikan Pembangkit Nuklir

 

Sekitar 369.000 orang tinggal di daerah yang dapat terkena dampak kanal itu, menurut Pusat Analisis Data Turki, sebuah perusahaan penelitian.

Kanal itu akan menghancurkan situs arkeologi di sekitar Laguna Kucukcekmece, yang dibangun pada 6.500 Sebelum Masehi. Ekosistem laguna, yang penting bagi hewan laut dan burung migran, juga akan dihancurkan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (tengah), didampingi istrinya Emine (kanan), menghadiri upacara peresmian monumen untuk memperingati korban kudeta militer di Ankara, Turki, 16 Juli 2017. Sekitar 250 orang meninggal pada malam 15 Juli setahun yang lalu. AP

Kanal itu akan menghancurkan dua cekungan yang menyediakan hampir sepertiga air bersih segar di Istanbul dan akan meningkatkan salinitas aliran air bawah tanah, yang mempengaruhi lahan pertanian.

"Proyek ini akan meningkatkan kadar oksigen di Laut Hitam, berdampak pada populasi satwa liar," demikian pernyataan TMMOB, seperti dilansir Reuters pada Minggu, 13 Mei 2018.

Media Anadolu Agency melansir Erdogan mengatakan pengerjaan proyek Kanal Istanbul ini bakal menjadi prioritas pembangunan pasca digelarnya pemilu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tiga gugusan pulau buatan juga akan dibangun di lepas pantai di Laut Marmara. Aktivis pecinta lingkungan mengatakan itu akan menyebabkan polusi di sana. Penduduk Sazlibosna, sebuah desa dekat Istanbul, juga akan kehilangan lahan pertanian seluas 400 meter persegi akibat pembangunan kanal itu.

Penduduk desa mengaku terzalimi karena tidak pernah dilibatkan dalam pembicaran terkait pembangunannya. Upaya mereka mencoba ambil bagian dalam pertemuan tentang rencana pemerintah Turki untuk menggali saluran selebar 400 meter melalui lahan pertanian mereka dihentikan polisi.

Ketika penduduk desa, yang menggambarkan diri mereka sebagai pendukung Erdogan, tiba untuk pertemuan di Istanbul barat - sebuah sesi yang dimaksudkan untuk memungkinkan publik menyuarakan keprihatinan dan belajar tentang proyek, mereka disambut polisi, yang membawa senapan dan gas air mata, pada Mare 2018. Polisi mengatakan aula pertemuan sudah penuh.

"Para pemilik tanah-tanah ini harus berada di dalam," kata Oktay Teke, administrator lokal Sazlibosna, saat dia berdiri bersama penduduk desa di luar gedung kota Arnavutkoy tempat pertemuan berlangsung.

Proyek Kanal Istanbul ini memiliki panjang 45 kilometer dan lebar 400 meter untuk menghubungkan Laut Hitam dan Laut Marmara. Istanbulrealestate

"Jika tanah akan diambil alih, itu akan menjadi tanah kita, kita akan kehilangan rumah kita."

Kekhawatiran mereka dipicu oleh pengalaman serupa 20 tahun lalu, ketika pemerintah mengambil alih lahan untuk membangun bendungan, membayar rugi di bawah nilai pasar dan menghancurkan pertanian lokal.

Penduduk desa takut kanal akan menghancurkan apa yang tersisa dari lahan pertanian mereka.

Pembangunan itu akan menelan biaya sekitar US$16 miliar Rp 223,4 triliun. Kanal ini adalah salah satu mega-skema infrastruktur Erdogan yang paling ambisius. Dia secara terbuka menyebutnya sebagai "proyek gilanya".

Erdogan mengatakan kanal akan mengurangi resiko berbahaya berlayar melalui Bosphorus dan mencegah kecelakaan di sana.

Erdogan berjanji untuk mengadakan tender untuk segera merealisasikan segera pembangunan kanal, menegaskan akan tetap dibangun meski ada resiko penolakan oleh sejumlah warga.  "Apakah mereka menyetujuinya atau tidak, kanal itu akan tetap dibangun," kata dia.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

1 hari lalu

Hagia Sophia di Distrik Fatih, Istanbul, Turki dipadati wisatawan, Kamis, 19 Oktober 2023. (Tempo/Egi Adyatama)
Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin meresmikan masjid yang diubah dari gereja Ortodoks Yunani kuno di Istanbul


Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

4 hari lalu

Jenderal Sudan Abdel Fattah al-Burhan. REUTERS
Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.


Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

4 hari lalu

Presiden Turki, Tayyip Erdogan dan PM Israel, Benjamin Netanyahu. Iakovos FOTO/Murat Cetinmuhurdar dan Hatzistavrou/Pool via REUTERS
Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.


Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

5 hari lalu

Presiden Turki, Tayyip Erdogan dan PM Israel, Benjamin Netanyahu. Iakovos FOTO/Murat Cetinmuhurdar dan Hatzistavrou/Pool via REUTERS
Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.


Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

5 hari lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat wawancara dengan Tempo di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI


Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

5 hari lalu

Petugas bekerja memindahkan jenazah warga Palestina yang tewas selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, 21 April 2024. REUTERS/Ramadan Abed
Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.


Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

13 hari lalu

Pria Palestina duduk di reruntuhan rumah yang hancur akibat serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza utara, 22 April 2024. PkkREUTERS/Mahmoud Issa
Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

Turki mengatakan bahwa laporan HAM tahunan Washington gagal mencerminkan serangan Israel di Gaza.


Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

15 hari lalu

Ismail Haniyeh REUTERS
Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

Qatar menyatakan tetap berkomitmen dalam upaya memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel.


Erdogan Bertemu Ismail Haniyeh, Israel Mengecam

18 hari lalu

Presiden Turki Tayyip Erdogan berbicara dalam rapat umum solidaritas dengan warga Palestina di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Istanbul, Turki 28 Oktober 2023. REUTERS/Dilara Senkaya
Erdogan Bertemu Ismail Haniyeh, Israel Mengecam

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berusaha untuk menjadi penengah dalam konflik Gaza yang telah mengguncang Timur Tengah sejak 7 Oktober.


Erdogan: Israel Kalahkan Hitler dengan Membantai 14 Ribu Anak-Anak Palestina

20 hari lalu

Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadiri konferensi pers dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz (tidak dalam gambar) di Kanselir di Berlin, Jerman, 17 November 2023. REUTERS/Liesa Johannssen
Erdogan: Israel Kalahkan Hitler dengan Membantai 14 Ribu Anak-Anak Palestina

Recep Tayyip Erdogan kembali menyamakan Israel dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler.