Dua Perusahaan yang Terkait Militer Myanmar Diblokir Amerika Serikat

Jumat, 5 Maret 2021 16:00 WIB

Nama Min Aung Hlaing mulai terkenal pada 2009 ketika memimpin serangan terhadap pemberontak Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar di daerah Kokang. Peristiwa ini memaksa sekitar 37 ribu penduduk etnis Kokang untuk mengungsi ke Cina. REUTERS/Soe Zeya Tun

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat pada Kamis memblokir kementerian pertahanan dan dalam negeri serta konglomerat terkait militer Myanmar dari jenis perdagangan tertentu, untuk menghukum kekerasan yang dilakukan aparat keamanan terhadap pengunjuk rasa antikudeta.

Amerika Serikat juga telah memasukan Myanmar untuk daftar sanksi Military End User (MEU), yang mewajibkan pemasok AS untuk mencari lisensi AS yang sulit diperoleh, untuk mengirimkan barang-barang tertentu ke Myanmar.

Tindakan tersebut diambil sebagai tanggapan atas tindakan keras militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa damai yang menentang kudeta terhadap pejabat terpilih termasuk pemimpin Aung San Suu Kyi, yang memenangkan pemilihan umum pada 8 November.

Polisi membubarkan demonstrasi dengan gas air mata dan tembakan di beberapa kota di seluruh negeri. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa sedikitnya 54 orang telah tewas sejak kudeta tersebut. Lebih dari 1.700 orang telah ditangkap, termasuk 29 wartawan.

Presiden Joe Biden bulan lalu memberlakukan sanksi terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kudeta pemerintah sipil, termasuk menteri pertahanan dan tiga perusahaan Myanmar di sektor batu giok dan permata.

Advertising
Advertising

Amerika Serikat tidak akan mengizinkan militer Myanmar untuk terus mendapatkan keuntungan dari akses ke banyak barang, kata Departemen Perdagangan AS pada Kamis.

"Pemerintah AS akan terus meminta pertanggungjawaban pelaku kudeta atas tindakan mereka." Departemen Perdagangan AS menambahkan bahwa pihaknya sedang meninjau tindakan potensial lebih lanjut.

Dikutip dari Reuters, 5 Maret 2021, kedua konglomerasi yang diidentifikasi, Myanmar Economic Corporation dan Myanmar Economic Holdings Limited, termasuk di antara mereka yang digunakan oleh militer untuk mengendalikan sebagian besar ekonomi Myanmar melalui perusahaan induk dan anak perusahaan mereka, dengan berbagai barang mulai dari bir dan rokok hingga telekomunikasi, ban, pertambangan dan perumahan.

Suasana pemakaman demonstran bernama Angel atau dikenal Kyal Sin, yang tewas usai ditembak militer Myanmar saat aksi anti kudeta di Mandalay, Myanmar, 4 Maret 2021. REUTERS/Stringer

Kelompok advokasi Justice for Myanmar mengatakan pada hari Selasa, Kementerian Dalam Negeri, yang memerintahkan polisi, telah membeli teknologi dari perusahaan Amerika yang digunakan untuk pengawasan media sosial.

Yadanar Maung, juru bicara kelompok itu, memuji tindakan terbaru AS tetapi mendesak lebih banyak tekanan, termasuk tindakan serupa terhadap Kementerian Transportasi dan Komunikasi, yang katanya digunakan "sebagai alat militer dan pasukan keamanan untuk memperoleh teknologi untuk pengawasan dan penindasan."

"Tindakan yang komprehensif dan terarah, termasuk embargo senjata global, sangat penting untuk mencegah penjualan senjata dan teknologi yang akan memungkinkan militer untuk memastikan kekuasaan brutal mereka," katanya.

Tetapi langkah-langkah itu diharapkan memiliki dampak terbatas karena Amerika Serikat mengekspor sedikit barang ke Myanmar setiap tahun dan perusahaan Myanmar itu bukanlah importir utama.

Baca juga: Amerika Cegah Militer Myanmar Kosongkan Rekening Berisi 1 Miliar Dollar

"Volume perdagangannya kecil jadi dampaknya tidak akan besar," kata William Reinsch, mantan pejabat Departemen Perdagangan. "Dampak yang lebih besar adalah mengejar aset keuangan para pemimpin militer kudeta."

Reinsch mengatakan sanksi itu akan mempersulit entitas tersebut untuk mendapatkan teknologi yang akan memperkuat militer dan barang lain yang mungkin mereka inginkan.

Pemerintah AS belum menggunakan alat sanksi terberatnya terhadap konglomerat militer Myanmar, yang akan memblokir semua transaksi dengan perusahaan atau individu AS, dan pada dasarnya mengeluarkan perusahaan yang ditunjuk dari sistem perbankan AS.

REUTERS

Berita terkait

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

4 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

5 jam lalu

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

Band rock asal California, As I Lay Dying akan turut mengguncang panggung Hammersonic 2024 pada Ahad, 5 Mei 2024. Berikut profil band metal itu.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

8 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

12 jam lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

15 jam lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

16 jam lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

17 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

1 hari lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

1 hari lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

1 hari lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya