Aktivis Hong Kong Sebut Demokrasi Terancam Picu Demonstrasi

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Minggu, 14 Juli 2019 11:29 WIB

Polisi berusaha memukul pengunjuk rasa saat peringatan penyerahan kedaulatan Hong Kong ke Cina di Hong Kong, 1 Juli 2019. Ratusan warga Hong Kong kembali berdemonstrasi dan menutup beberapa ruas jalan protokol setempat. REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Hong Kong – Aktivis Hak Asasi Manusia di Hong Kong mengkritik sikap pemerintah yang bersikap kurang demokratis dalam menanggapi unjuk rasa publik sebagai penyebab terjadinya kerusuhan akhir-akhir ini.

Baca juga: Unjuk Rasa di Perbatasan Cina -- Hong Kong Berakhir Ricuh

“Pemerintah, Carrie Lam, sejumlah legislator tidak dipilih oleh rakyat. Jadi ada banyak eskalasi tindakan di berbagai distrik untuk merefleksikan isu sosial yang dirasakan masyarakat,” kata Jimmy Sham yang merupakan aktivis dari Civil Human Rights Front seperti dilansir Channel News Asia pada Sabtu, 13 Juli 2019.

Jimmy merupakan salah satu aktivis yang menjadi panitia unjuk rasa menolak amandemen RUU Ekstradisi, yang ditolak publik. Ketentuan di dalam ruu itu memungkinkan pemerintah Hong Kong dan otoritas hukum mengekstradisi warga ke negara lain termasuk Cina meskipun tidak ada kerja sama yurisdiksi.

Advertising
Advertising

Baca juga: Media Cina Tuding Barat Dukung Unjuk Rasa Hong Kong

“Jika masalah politik tidak terselesaikan, isu kesejahteraan sosial akan terus muncul tiada akhir,” kata Jimmy.

Kerusuhan pada unjuk rasa Sabtu kemarin, menurut seorang pengunjuk rasa, terjadi karena petugas polisi mencoba membela pedagang asal Cina daratan di Kota Sheung Shui.

Baca juga: Asosiasi Jurnalis Hong Kong Tolak RUU Ekstradisi ke Cina

Seorang pengunjuk rasa lainnya Ryan Lai, 50 tahun, mengatakan ada banyak pedagang asal Cina yang membeli barang di Hong Kong untuk dijual lagi.

“Kota kami jadi kacau. Kami tidak ingin menghentikan kegiatan travel dan bisnis tapi tolong lakukan secara legal. RUU Ekstradisi itu menjadi titik balik bagi kami untuk keluar dan meminta Kota Sheung Shui dikembalikan,” kata Ryan.

Baca juga: Peyanyi Pop Hong Kong Kritik Cina di Forum Dewan HAM PBB

Saat Inggris mengembalikan Hong Kong ke Cina pada 1997, pemerintah Beijing berjanji akan memberikan otonomi hingga 50 tahun. Namun, sejumlah kalangan menilai Cina memperkuat cengkeraman secara cepat.

“Ini menjadi ancaman terhadap kebebasan berekspresi di Hong Kong terlebih munculnya RUU Ekstradisi tadi,” begitu dilansir Channel News Asia.

Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, seperti dilansir Reuters, telah menyatakan rencana amandemen itu padam karena besarnya penolakan publik. Dia juga meminta maaf dan berjanji akan bersikap terbuka serta mendengarkan aspirasi publik menyangkut urusan kepentingan publik.

Baca juga: 1 Juta Warga Hong Kong Demo Tolak RUU Ekstradisi Cina

Namun, desakan agar Carrie Lam segera mundur dari jabatannya masih digaungkan para pengunjuk rasa.

Para pengunjuk rasa mengaku merasa khawatir dengan sikap represif polisi, yang menggunakan tongkat pemukul dan semprotan lada.

“Kami semua merasa takut saat ini. Bagaimana polisi bisa memukul kami dengan tongkat?,” kata salah seorang pengunjuk rasa di Hong Kong sambil melihat genangan darah dari seorang demonstran yang terluka akibat pukulan polisi.

Berita terkait

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

4 jam lalu

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

Aksi Hari Buruh Internasional pada Rabu kemarin menyoroti janji reforma agraria Presiden Jokowi. Selain itu, apa lagi?

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

15 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

17 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

17 jam lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

22 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

1 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

2 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

2 hari lalu

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

Isu tentang partai yang akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kian memanas. Kenali fungsi dan peran oposisi.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

4 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya