SOROTAN: Amerika Sebut Senjata Energi Terarah Jadi Ancaman Baru

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Rabu, 10 Juli 2019 07:01 WIB

Ilustrasi senjata laser luar angkasa. Youtube.com

TEMPO.CO, Washington – Militer Cina mulai mengerahkan senjata energi terarah atau directed energy weapon untuk menyasar rudal atau satelit militer.

Baca juga: Amerika Minta India Batalkan Pembelian Sistem Anti-Rudal S-400

Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Patrich Shanahan, mengatakan,”Mereka mulai menggunakan senjata energi terarah dan kita memprediksi mereka akan mulai mengerahkan sistem laser berbasis darat untuk menyasar sensor satelit pada tahun depan.”

Advertising
Advertising

Shanahan mengatakan ini saat menghadiri Simposium Luar Angkasa tahunan seperti dilansir situs Defense News pada 9 April 2019.

Satelit merupkan bagian dari sistem terintegrasi untuk mengarahkan rudal menuju sasaran dengan seakurat mungkin. Sistem rudal seperti S-400, Patriot dan THAAD terintegrasi dengan sistem satelit untuk bisa mengenai sasaran dengan tepat.

Baca juga: Amerika Serikat Peringatkan India Jika Beli S-400 Rusia

Jika satelit berhasil dilumpuhkan maka musuh tidak bisa mengarahkan rudal presisi terpandu untuk mengenai target musuh.

“Ancamannya jelas: kita berada di era kompetisi kekuatan besar, dan konflik besar yang akan terjadi bisa di menangkan atau kalah di luar angkasa,” kata dia.

Shanahan melanjutkan,”Kita tidak akan duduk dan menonton. Kita akan bertindak. Kita akan mencegah konflik melebar ke luar angkasa dan memastikan mampu merespon jika pencegahan gagal.”

Menurut Shanahan senjata laser itu bisa digunakan untuk mengganggu hingga merusak kemampuan kerja satelit komunikasi, satelit intelijen, satelit pengintaian, pemantauan dan GPS.

Baca juga: Kenapa Amerika Serikat Cemas Turki Beli S-400 Rusia?

Laser merupakan salah satu dari jenis directed energy weapon. Dua jenis lainnya adalah electromagnetic pulse atau radiasi gelombang elektromagnetik dan microwave berkekuatan tinggi.

“Sistem senjata ini memancarkan energi fokus berkekuatan tinggi untuk merusak hingga menghancurkan target,” begitu dilansir situs Prnewswire.

Sistem senjata ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan biaya penggunaan yang relatif lebih kecil dibandingkan jika meluncurkan rudal.

Sistem senjata laser dan microwave menggunakan spektrum gelombang elektromagnetik. Laser memiliki panjang gelombang jauh lebih kecil dibandingkan microwave. Ini artinya, microwave bisa memancarkan gelombang pada sudut yang lebih besar dibandingkan laser.

Baca juga: Pakar Sebut Alasan AS Takut S-400 karena Bisa Jatuhkan F-35

Militer Amerika Serikat, misalnya, menggunakan sistem senjata microwave untuk menjatuhkan drone militer yang menyerbu seperti dilansir Verge. Alat ini disebut Tactical High Power Microwave Operational Responder, yang dirancang untuk melindungi markas terhadap serangan drone.

Sedangkan senjata laser telah dipasang di sejumlah kapal perang. Senjata ini diberi nama sistem HELIOS, yang bisa melawan serbuan drone. Senjata ini buatan Lockheed Martin, yang merupakan kontraktor senjata besar di AS.

Rusia mengembangkan teknologi serupa yang disebut Ruselectronics’ 5P-42 Filin, yang dibuat oleh perusahaan pelat merah Ruselectronics. Senjata ini bisa diarahkan kepada pasukan lawan untuk menimbulkan halusinasi hingga muntah.

Baca juga: India Beli Rudal S-400 Canggih Rusia, Amerika Beri Sanksi

Sedangkan senjata gelombang elektromagnetik berfungsi dengan memancarkan gelombang elektromagnetik untuk menyerang semua peralatan elektronik musuh dan membuatnya menjadi tidak berfungs.

Cara kerja senjata elektromagnetik ini adalah dengan pancaran energi besar yang dihasilkan oleh ledakan bom nuklir di ketinggian atmosfer. Jika mengenai pembangkit listrik, gelombang elektromagnetik ini bisa melumpuhkan.

“Jalur komunikasi bisa terputus, infrastruktur kritis terganggu hebat, kesiapan militer merosot, terjadi kekacauan dan banyak orang meninggal,” begitu dilansir situs National Defense pada 4 Juni 2019.

Senjata ini bisa menimbulkan kerusakan hebat. Itu sebanya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan perintah eksekutif pada Maret 2019 yang berjudul “Executive Order on Coordinating National Resilience to Electromagnetic Pulses”.

Sebuah kajian oleh lembaga pemikir Heritage Foundation dari Amerika menyebutkan serangan EMP ini bisa merusak sebagian atau seluruh sistem kerja satelit.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

11 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

21 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

3 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya