TEMPO.CO, Jakarta - Pakar militer mengatakan kekhawatiran Amerika Serikat terhadap S-400 dikarenakan sistem pertahanan udara itu mampu menembak jatuh pesawat F-35.
Selama bertahun-tahun, tiga negara NATO tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem pertahanan udara Rusia, tetapi kesepakatan S-400 Turki adalah kasus khusus karena berisiko dan menimbulkan kerugian pada industri militernya, ungkap pengamat militer, seperti dikutip dari Russia Today, 14 April 2019.
Turki tampaknya tetap membeli sistem anti-pesawat S-400 meski diancam oleh AS.
Washington telah menunda pengiriman F-35 ke Angkatan Udara Turki dan memperingatkan bahwa melanjutkan perjanjian itu dapat membahayakan hubungan Turki dengan AS dan NATO.
Baca: Turki Tak Mau Batalkan Pembelian S-400 ke Rusia
Beberapa media memaparkan bagaimana industri Turki akan menderita jika S-400 dibeli oleh Turki. Yang lain memperingatkan bahwa memiliki F-35 dan S-400 dalam satu militer akan membahayakan keuntungan paling penting dari jet tempur generasi kelima.
Analis militer mengatakan sebagian besar perselisihan adalah Ankara yang tidak tunduk pada Washington dan NATO dan mengejar kepentingannya sendiri.
"AS kehilangan kepemimpinan dan Rusia mengambilnya," kata Igor Korotchenko, pemimpin redaksi majalah militer National Defense dan anggota dewan publik Kementerian Pertahanan.
"Prospek anggota NATO yang membeli alustsista dari Rusia merusak reputasi AS...dan menimbulkan kerugian pada industri militer Amerika," katanya.
Radar dan software S-400 Triumph telah disempurnakan sehingga dapat menghancurkan 36 target secara bersamaan. Radar panorama 91N6E dapat mendeteksi target sejauh 600 km dan radar 92N6 merupakan radar multi fungsi yang mampu mendeteksi 100 target dengan jangkauan 400 km. topwar.ru
Menurut Igor, S-400 berbahaya bagi pesawat NATO karena dapat mendeteksi dan menjatuhkan F-35 dan F-22.
Tetapi ada negara-negara anggota NATO yang menggunakan persenjataan buatan Rusia berteknologi tinggi, termasuk pendahulu S-400.
Bulgaria, Yunani, dan Slovakia adalah sekutu NATO yang memiliki S-300 di gudang senjata mereka.
Baca: Turki Mulai Operasikan Sistem Rudal S-400 pada Oktober
Yunani telah memasangnya di di pulau Siprus, yang menjadi titik balik dalam strategi pertahanan nasionalnya. Bulgaria dan Slovakia sering menggunakan sistem S-300, yang dirancang pada puncak Perang Dingin, selama latihan tempur NATO.
Jadi, mengapa Turki yang bergabung dengan NATO pada tahun 1952, mendapat tekanan kuat karena membeli S-400 sementara tiga anggota lainnya tidak?