Pembahasan RUU Ekstradisi Hong Kong Bisa Molor, Kenapa?

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Jumat, 14 Juni 2019 09:02 WIB

Polisi menembakan gas air mata ke arah pengunjuk rasa saat protes atas penolakan pemerintah untuk membatalkan pembahasan RUU Ekstradisi di Hong Kong, 12 Juni 2019. Pengunjuk rasa menolak adanya aturan ekstradisi ke Cina. REUTERS/Athit Perawongmetha

TEMPO.CO, Hong Kong – Pemerintah Hong Kong dan anggota parlemen pro Beijing mengatakan tidak akan segera mengesahkan RUU Ekstradisi, yang kontroversial dan mendapat penolakan luas masyarakat.

Baca juga: 5 Poin Menarik Soal Kontroversi RUU Ekstradisi Hong Kong

Sikap ini muncul setelah terjadinya aksi unjuk rasa publik besar-besaran menolak RUU yang dianggap merugikan kebebasan berpendapat dan demokrasi di wilayah semi-otonom dari Cina ini.

“Kami tentunya tidak akan melanjutkan dan mengesahkan RUU itu lewat voting pada 20 Juni 2019. Kami tidak berkeberatan membahasnya lewat dari 1 Juli,” kata seorang pejabat pemerintah seperti dilansir South China Morning Post pada Kamis, 13 Juni 2019.

Advertising
Advertising

Seorang pejabat pemerintah lainnya mengatakan otoritas mengevaluasi situasi di tengah masyarakat dan memutuskan sidang Dewan Legislatif pada Jumat, 14 Juni 2019.

Baca juga: Inggris Minta Hong Kong Dengarkan Aspirasi Publik Soal Ekstradisi

Ini dilakukan untuk menurunkan ketegangan setelah terjadinya bentrok fisik antara ribuan pengunjuk rasa, yang menolak pengesahan RUU itu dan polisi, yang berjaga di depan gedung parlemen.

Presiden Dewan Legislatif Hong Kong, Andrew Leung Kwan-yuen, mengatakan akan mengalokasikan waktu selama 61 jam atau dua sekitar dua setengah hari untuk memeriksa RUU itu. Sebelum ini, Leung mengatakan mengusulkan agar RUU itu disahkan paling cepat 20 Juni 2019.

Ketentuan yang menjadi masalah dan ditolak publik Hong Kong adalah aturan bahwa tersangka di wilayah itu bisa diekstradisi ke wilayah hukum lain yang tidak memiliki kerja sama ekstradisi termasuk ke Cina.

Baca juga: Unjuk Rasa Menolak RUU Ekstradisi Hong Kong Digelar di Sydney

Meskipun sebagian anggota parlemen merasa waktu yang dialokasikan untuk mengecek ketentuan dalam RUU itu masih mencukupi, mereka sekarang merasa tidak perlu segera mengesahkan RUU itu. Bahkan, parlemen bisa membahas pengesahannya melewati tenggat yang dibuat.

Kelompok pro-demokrasi menggelar pawai tahunan memperingati pengembalian Hong Kong ke Cina pada 1997. Ada dugaan, pemerintah dan anggota parlemen pro-Beijing ingin agar RUU Itu segera disahkan sebelum pawai pro-demokrasi itu berlangsung.

Parlemen Hong Kong bakal segera reses pada pertengahan Juli besok. Jika RUU itu belum disahkan pada waktu itu, maka RUU itu akan dibahas kembali seusai masa reses. Ini membuka kemungkinan terjadinya unjuk rasa besar publik yang merasa marah dan menolak pengesahan RUU itu.

Baca juga: Media Cina Tuding Barat Dukung Unjuk Rasa Hong Kong

Seperti dilansir Reuters, polisi menembaki pengunjuk rasa di Hong Kong menggunakan peluru karet, gas air mata hingga menggunakan tongkat pemukul untuk membubarkan unjuk rasa pada Rabu, 12 Juni 2019.

Ini terjadi karena pengunjuk rasa menyerang polisi menggunakan botol plastik, payung dan pagar pembatas dan meminta parlemen menghentikan pembahasan RUU Ekstradisi saat itu. Kerusuhan merebak setelah lewat pukul tiga sore, yang merupakan tenggat dari pengunjuk rasa agar pembahasan amandemen itu dihentikan.

Sebagian anggota parlemen sekarang mengatakan bahwa amandemen RUU itu merupakan ide dari pemerintah Hong Kong bukan pesanan dari Beijing. Jadi, tergantung Hong Kong soal pembahasan RUU itu. Salah satu anggota parlemen yang berpendapat seperti ini adalah Tam Yu-chung, anggota parlemen dari Cina yaitu National People’s Congress Standing Committee.

Baca juga: Unjuk Rasa Besar-besaran, Hong Kong Tutup Kantor Pemerintahan

RUU itu merupakan inisiatif dari pemerintah Hong Kong. Jadi pembahasannya tergantung pemerintah Hong Kong. Meskipun terjadi unjuk rasa besar-besaran menolak RUU ini, kantor perwakilan Beijing di Hong Kong tidak memberikan komentar apapun.

Berita terkait

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

17 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

18 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

23 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

1 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

4 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

4 hari lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

4 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

4 hari lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

4 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya