Investigasi Lobi Partai Sayap Kanan Ubah UU Senjata Api Australia

Rabu, 27 Maret 2019 16:11 WIB

Penggemar senjata melihat senjata jenis Winchester dalam acara tahunan pameran Rifle Association National di Louisville, Kentucky, 21 Mei 2016. REUTERS / John Sommers II

TEMPO.CO, Jakarta - PM Australia Scott Morrison menegaskan pelobi asing tidak akan mempengaruhi undang-undang kepemilikan senjata api di negaranya.

Isu ini terkuak setelah laporan investigasi Al Jazeera yang menyelidiki partai sayap kanan One Nation mendapat donasi dan pembinaan dari National Rifle Association of America (NRA), asosiasi senjata api AS.

Seperti dikutip dalam investigasi dokumenter Al Jazeera, 27 Maret 2019, yang dirilis pada Senin, reporter yang menyamar merekam pertemuan dari dua kelompok.

Dalam percakapan yang direkam secara rahasia, perwakilan NRA memberi pedoman bagaimana untuk meredam larangan senjata api.

Baca: Selandia Baru Larang Senjata Api Semi-otomatis dan Senapan Serbu

Advertising
Advertising

Menurut Al Jazeera, reporternya menyamar tiga tahun untuk mendapat informasi ini.

Rodger Muller, seorang reporter Australia yang menyamar untuk tim investigasi Australia, menyusup ke dalam lobi senjata api di AS dan Australia.

Muller merekam serangkaian pertemuan NRA dan One Nation di Washington DC, September tahun lalu.

Secara garis besar, rekaman mengungkap bagaimana NRA bereaksi terhadap penembakan massal dan memanipulasi media untuk mendorong agenda pro kepemilikan senpi.

Baca: Bagaimana Aturan Kepemilikan Senjata Api di Selandia Baru?

Ketua umum partai One Nation sekaligus senator Australia, Pauline Hanson, telah lama berupaya melonggarkan undang-undang senjata api Australia, yang melarang semua senjata api otomatis dan semi-otomatis.

Seperti diketahui, undang-undang senjata api Australia terkenal ketat. UU ini diperkenalkan pada 1996 setelah pembantaian yang menewaskan 35 orang di Port Arthur, di mana pelaku menggunakan senapan semi-otomatis.

Menurut NRA, undang-undang senjata api Australia tidak masuk akal.

<!--more-->

Saat itu Robert Muller, reporter penyamaran Al Jazeera yang mengaku sebagai juru kampanye pro senjata, memperkenalkan Kepala Staf One Nation, James Ashby, dan pemimpin cabang Queensland-nya, Steve Dickson, ke perwakilan NRA, dan bepergian dengan pasangan itu ke Washington, DC lalu tahun.

Ashby dan Dickson berharap dapat memperoleh sumbangan politik hingga US$ 20 juta (Rp 284 miliar) dari para pendukung lobi senjata AS.

Dalam pertemuan di markas besar NRA di Virginia, para pejabat memberikan kiat-kiat Ashby dan Dickson untuk menggalang dukungan publik untuk mengubah undang-undang senjata Australia dan melatih pasangan itu tentang cara merespons penembakan massal.

"Metode terbaik untuk menangani pertanyaan media setelah pembantaian adalah 'tidak mengatakan apa-apa'," menurut Catherine Mortensen, seorang petugas penghubung media NRA. Tetapi jika ada pertanyaan, dia merekomendasikan strategi komunikasi ofensif, termasuk mengalihkan perhatian publik dengan memoles pendukung pengawasan senjata.

Dia kemudian menjelaskan bagaimana NRA memanipulasi liputan media. Lars Dalseide, anggota NRA lain, menyuruh One Nation untuk meminta jasa wartawan yang akrab.

"Kami ingin mencetak cerita tentang orang-orang yang dirampok, diserbu rumah mereka, dipukuli atau apa pun itu dan itu bisa ditolong jika mereka memiliki senjata. Dan itu akan menjadi angle pada cerita Anda. Itulah yang dia harus menulis. Dia harus mengeluarkan dua sampai lima berita dalam seminggu," katanya.

Rodger Muller (tengah) menemani Steve Dickson dari One Nation (kiri) dan James Ashby (kanan) ketika mereka melakukan perjalanan ke Washington, DC untuk bertemu NRA.[Al Jazeera]

Menanggapi laporan ini, PM Morrison mengatakan di Twitter bahwa undang-undang senjata api Australia tidak akan berubah.

"Laporan bahwa politisi senior One Nation mencari donasi asing dari lobi senjata AS untuk mempengaruhi pemilu dan undang-undang senjata kami sangat mencemaskan," kata Morrison di Twitter, seperti dikutip dari CNN.

"Syukurlah, pemerintahan kami juga memiliki undang-undang yang mengkriminalisasi mereka yang mendapat donasi politik jadi pelobi asing tidak bisa mempengaruhi politik kami," katanya.

Baca: Selandia Baru Larang Seluruh Jenis Senjata Semi-Otomatis

NRA tidak mau berkomentar terkait laporan ini. Sementara kepala staf One Nation dan politisi Steve Dickson mengatakan, Al Jazeera adalah media Qatar yang ingin melemahkan demokrasi Australia.

Keduanya membantah mencari dana dari kelompok asosiasi senjata api AS (NRA), dan mengaku hanya belajar teknik politik meskipun mereka mengaku berpergian bersama reporter Al Jazeera saat bertemu NRA.

Berita terkait

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

1 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Perikhsa Siap Gelar 'Deffensive Shooting' pada Juli

2 hari lalu

Bamsoet: Perikhsa Siap Gelar 'Deffensive Shooting' pada Juli

Sebelum lomba digelar, peserta akan dibekali pengetahuan tentang teknik menembak, teknik bergerak, hingga teknik mengisi ulang peluru (reload magazine).

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

3 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

3 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

4 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Ekspor Buah Manggis ke Australia, Butuh Penyedia Jasa Iradiasi

4 hari lalu

Kemendag Dorong Ekspor Buah Manggis ke Australia, Butuh Penyedia Jasa Iradiasi

Kemendag mendorong ekspor buah sebagai implementasi perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Baca Selengkapnya

4 Fakta Tentang Kasus Penusukan di Sydney: Mengincar Wanita hingga Seorang Bayi Jadi Korban

4 hari lalu

4 Fakta Tentang Kasus Penusukan di Sydney: Mengincar Wanita hingga Seorang Bayi Jadi Korban

Berikut fakta-fakta soal kasus penusukan di Mall Bondi Sidney pekan lalu yang menghebohkan Australia.

Baca Selengkapnya

Kegagalan di Piala Asia U-23 2024 Tak Akan Ganggu Prospek Pemain Muda Australia

5 hari lalu

Kegagalan di Piala Asia U-23 2024 Tak Akan Ganggu Prospek Pemain Muda Australia

Tony Vidmar mengaku tersingkirnya Timnas Australia U-23 di Piala Asia U-23 2024 tak akan mengganggu prospek jangka panjang para pemain.

Baca Selengkapnya

Massa Berkumpul di Bondi Beach Kenang Para Korban Serangan Penusukan di Mal Bondi Sydney

5 hari lalu

Massa Berkumpul di Bondi Beach Kenang Para Korban Serangan Penusukan di Mal Bondi Sydney

Setelah serangan penusukan yang merenggut 6 orang, ratusan orang berkumpul untuk mengenang para korban dengan menyalakan lilin dan menyanyikan himne

Baca Selengkapnya

Elon Musk Berdebat dengan Pemerintah Australia Soal Konten Penikaman Uskup di Sydney

5 hari lalu

Elon Musk Berdebat dengan Pemerintah Australia Soal Konten Penikaman Uskup di Sydney

Pemilik media sosial X Elon Musk menolak untuk menghapus konten media sosial tentang insiden penikaman uskup di Sydney, menentang perintah komisaris sensor Australia.

Baca Selengkapnya