Komentar Trump Soal Sanksi Korut Picu Kontroversi di Korsel

Kamis, 11 Oktober 2018 19:30 WIB

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sedang berkampanye di Billings, Montana, pada Kamis, 6 September 2018, mendesak pendukungnya untuk mencoblos pada pemilu tengah pada November 2018 agar dia tidak terkena pemakzulan. AP via Chicago Tribune

TEMPO.CO, Jakarta - Komentar Donald Trump atas pernyataan pencabutan sanksi Korea Utara oleh Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Kang Kyung-wha, menimbulkan kontroversi di Korea Selatan.

Pernyataan Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Kang Kyung-wha, pada Rabu 10 Oktober tentang penghapusan sanksi Korea Utara atas insiden penembakan kapal perang Korsel, ditarik kembali setelah kritik dari anggota parlemen Korea Selatan, dan membuat Presiden AS Donald Trump untuk mengatakan Korea Selatan akan membutuhkan persetujuan AS untuk meringankan sanksi.

Baca: Trump Mengaku Jatuh Cinta kepada Kim Jong Un

"Mereka tidak akan melakukannya tanpa persetujuan kami. Mereka tidak melakukan apa-apa tanpa persetujuan kami," kata Trump ketika ditanya soal pertimbangan pencabutan sanksi Korea Utara, seperti dilansir dari Reuters, 11 Oktober 2018.

Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Kang Kyung-Wha saat hadir dalam World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 25 Januari 2018. REUTERS

Advertising
Advertising

Trump mengatakan sanksi akan tetap berlaku sampai Korea Utara melakukan denuklirisasi.

Kang mengulang pernyataannya setelah dikritik beberapa anggota parlemen konservatif bahwa sanksi tidak dapat dihapus kecuali Korea Utara pertama meminta maaf atas serangan itu.

Sanksi terhadap Korut, yang dikenal sebagai Sanksi 24 Mei, melarang semua kapal Korea Utara memasuki pelabuhan Korea Selatan dan memotong sebagian besar sektor perdagangan antar-Korea, termasuk pariwisata, perdagangan dan bantuan.

Sanksi 24 Mei, diberlakukan setelah serangan torpedo mematikan Korea Utara terhadap kapal perang Korea Selatan, Cheonan, pada tahun 2010, yang menewaskan 46 pelaut Korea Selatan, seperti dilansir dari Yonhap.

Komentar Donald Trump terkait penghapusan sanksi memicu perdebatan panas di Korea Selatan, dengan beberapa anggota parlemen konservatif menyebutnya sebagai penghinaan.

Baca: Korea Selatan Sebut Korea Utara Masih Miliki 60 Senjata Nuklir

"Kata "Persetujuan" adalah kata yang kuat dan menghina yang dimaksudkan untuk mengatakan bahwa kita maju terlalu cepat dengan Korea Utara tanpa mencari konsensus dengan Amerika Serikat," kata Kim Jae-kyung dari partai oposisi konservatif.

Polemik pencabutan sanksi yang diupayakan Korea Utara muncul ketika Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, berusaha mencairkan hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara, dengan tiga pertemuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tahun ini.

Meskipun ada hubungan lintas batas dua negara tahun ini, unsur-unsur utama sanksi, seperti larangan perdagangan dan investasi, tetap berlaku, tumpang tindih dengan sanksi kepada Korea Utara atas program nuklir dan rudal balistiknya.

Sebuah bagian dari kapal angkatan laut Korea Selatan yang sudah tenggelam, Cheonan, diangkat oleh derek dari pulau Baengnyeongdo, dekat perbatasan maritim dengan Korea Utara, barat laut Seoul, 24 April 2010. [REUTERS / Choi Jae-Gu / Yonhap]

Awalnya Kang mengindikasikan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan penghapusan Sanksi 24 Mei sebagian besar sebagai langkah simbolis dimaksudkan untuk membantu meningkatkan hubungan Seoul-Pyongyang.

"Ini adalah perintah eksekutif yang penting. (Kami) telah terus-menerus meninjaunya," kata Kang, dikutip dari Yonhap.

Baca: Korea Selatan - Korea Utara Mulai Bersihkan Ranjau di Perbatasan

"Karena ada banyak sanksi (bilateral) yang tumpang tindih dengan yang ada di AS, itu tidak berarti pengangkatan substantif (sanksi terhadap Korea Utara)," tambah Kang.

Sementara Menteri Unifikasi Korea, Cho Myoung-gyon menolak untuk mengomentari pernyataan Donald Trump terkait Sanksi 24 Mei, tetapi mengatakan AS tidak menentang dialog dan pertukaran antara Korea Selatan-Korea Utara, dan sekutu melalui konsultasi erat.

Berita terkait

Parlemen Korea Selatan Loloskan RUU Investigasi Tragedi Hallowen 2022, Selanjutnya?

3 jam lalu

Parlemen Korea Selatan Loloskan RUU Investigasi Tragedi Hallowen 2022, Selanjutnya?

Tragedi Itaewon Hallowen 2022 merupakan tragedi kelam bagi Korea Selatan dan baru-baru ini parlemen meloloskan RUU untuk selidiki kasus tersebut

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

15 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

18 jam lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

Anthony Sinisuka Ginting sukses menyudahi perlawanan sengit tunggal putra Korea Selatan Jeon Heyok Jin pada babak perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

20 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

1 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

1 hari lalu

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan meningkatkan level kewaspadaan terorisme di kantor diplomatiknya di lima negara.

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

1 hari lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Resmi Perpanjang Kontrak di Red Sparks, Berapa Gaji Megawati Hangestri?

1 hari lalu

Resmi Perpanjang Kontrak di Red Sparks, Berapa Gaji Megawati Hangestri?

Dalam kontrak barunya di Red Sparks, Megawati Hangestri bakal mendapat kenaikan gaji menjadi US$ 150 ribu per musim.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

3 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

3 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI membenarkan telah terjadi perkelahian sesama kelompok WNI di Korea Selatan persisnya pada 28 April 2024

Baca Selengkapnya