TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon mengatakan kepada parlemen bahwa Korea Utara yang diperkirakan masih memiliki 20 hingga 60 senjata nuklir.
Cho menjelaskan, informasi tentang senjata nuklir Korea Utara itu diperoleh dari Badan Intelijen Nasional Korea Selatan. Namun, badan tersebut belum memberikan penjelasan soal senjata nuklir negara jirannya itu.
Baca: Korea Utara Gelar Acara Bongkar Area Senjata Nuklir 23-25 Mei
Menurut Russia Today, ini yang pertama kali Seoul mengungkapkan ke publik tentang banyaknya senjata nuklir Korea Utara.
Cho menyampaikan informasi tentang senjata nuklir Korea Utara itu ke parlemen pada hari Senin, 1 Oktober 2018, seperti dilansir dari AP. Keesokan harinya, Kementerian Unifikasi menjelaskan bahwa pernyataan Cho itu tidak bermaksud bahwa Korea Selatan menerima Korea Selatan sebagai negara pemilik senjata nuklir.
Informasi tentang Korea Utara yang masih memiliki sekitar 60 senjata nuklir tidak jauh berbeda dengan dugaan lembaga asing yang menyatakan sejumlah besar material nuklir telah diproduksi di Korea Utara.
Baca: Tutup Program Senjata Nuklir, Kim Jong Un Bakal Dapat Investasi
Pemerintah Korea Utara menyakini Korea Utara memproduksi 50 kilogram plutonium yang mampu menghasilkan sedikintya delapan bom.
Seorang ahli fisika nuklir Siegfried Hecher yang berkunjung ke pusat nuklir Korea Utara di Nyongyon pada tahun 2010 menuliskan laporannya pada awal tahun ini dengan membuat perkiraan bahwa Korea Utara memiliki uranium sekitar 250 kilogram hingga 500 kilogram. Jumlah ini mampu membuat 25 hingga 30 peralatan nuklir.
Bahkan sejumlah ahli dari sejumlah negara mengatakan Korea Utara sepertinya membangun pembangkit pengayaan uranium rahasia.
Baca: Seberapa Mematikan Bom Nuklir Korea Utara?
Sebelumnya, dalam pertemuan dengan presiden AS Donald Trump di Singapura dan presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Pyongyang, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan kesungguhannya menghapus senjata nuklirnya.
AP | RT |