Perang Dagang AS - Cina, Yuan Terdepresiasi

Editor

Budi Riza

Selasa, 10 Juli 2018 15:23 WIB

Presiden Donald Trump bersalaman dengan Presiden Cina Xi Jinping, saat upacara penyambutan di Beijing, Cina, 9 November 2017. REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Shanghai – Para investor masih terus berbisnis dan membeli obligasi berbasis yuan di Cina meskipun mata uang itu mengalami depresiasi terdalam pada Juni hingga awal Juli 2018.

“Turunnya nilai tukar Yuan merupakan keprihatinan. Namun, sepanjang tidak menjadi tren turun yang tajam, maka ini tidak menjadi pertimbangan terbesar kami saat berinvestasi di obligasi di Cina,” kata Manu George, direktur pendapatan tetap di Schroder Investment Management di Singapura, seperti dilansir Business Times, Selasa, 10 Juli 2018.

Baca:
Amerika dan Cina Perang Dagang, Rusia Ikut Naikkan Tarif Impor
Trump Memulai Perang Dagang Versus Cina

Yuan mengalami pelemahan terbesar bulanan terhadap dolar pada Juni 2018 sejak terakhir kali terjadi pada 1994. Namun para investor asing tetap membeli obligasi yuan dalam jumlah terbanyak saat ini dibanding selama dua tahun terakhir.

Pada pertengahan Juni 2018, nilai yuan turun signifikan sehingga memunculkan dugaan Cina menggunakan taktik depresiasi untuk melawan kenaikan tarif impor Amerika. Saat itu, yuan melemah 0,6 persen, dari 6,5180 menjadi 6,5569.

Advertising
Advertising

AS Minta Cina Naikkan Kurs Yuan

“Ini merupakan pelemahan terendah sejak 25 Desember 2017,” demikian dilansir CNBC. Saat ini, yuan diperdagangkan pada 6,62 yuan per dolar Amerika di Shanghai.

Baca:
Perang Dagang, Trump Bakal Larang Ekspor Teknologi ke Cina
Cina Bersiap, Amerika Serikat Terapkan Tarif Impor pada 6 Juli

Nilai pasar obligasi yuan saat ini mencapai US$ 12 triliun atau sekitar Rp 172 ribu triliun. Ini merupakan pasar obligasi ketiga terbesar di dunia.

Menurut Business Times, para pelaku pasar melihat pelemahan yuan saat ini dibutuhkan untuk pelonggaran likuiditas di pasar. “Kami yakin para pengambil kebijakan sepenuhnya memegang kontrol saat ini,” kata Pierre-Yves Bareau, kepala investasi emerging market debt di JPMorgan Chase & Co.

Sedangkan Ji Tianhe, ahli strategi di BNP Paribas, memprediksi pelemahan itu akan membuat investor melakukan pembelian yuan karena membuka peluang terjadinya apresiasi pada masa depan.

Seperti dilansir Reuters, Presiden Amerika Donald Trump mengenakan kenaikan tarif impor hingga 25 persen untuk barang senilai US$ 34 miliar atau sekitar Rp 488 triliun mulai Jumat pekan lalu.

Cina membalasnya dengan melakukan hal serupa. Trump mengancam akan mengenakan kenaikan tarif impor untuk sekitar US$ 500 miliar atau sekitar Rp 7.200 triliun jika Cina melakukan pembalasan dan tidak menghentikan pengalihan paksa teknologi dari perusahaan Amerika yang berbisnis di Cina.

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

7 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

16 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

19 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

19 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

20 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

4 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya