TEMPO.CO, Teheran - Iran memanggil duta besar dan kuasa penuh Nigeria di Teheran untuk menyampaikan protes keras menyusul bentrok mematikan antara kaum Syiah di sebelah utara negeri itu dengan militer.
Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, kekerasan yang melibatkan pasukan militer dengan pengikut Gerakan Islam Syiah Nigeria (IMN) "Tidak bisa diterima", tulis kantor berita resmi Iran, IRNA, Selasa, 15 Desember 2015.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Zarif, sebelumnya mengontak rekannya di Nigeria, Geoffrey Onyeama, untuk menyampaikan ekspresi penyesalan mendalam atas peristiwa Sabtu, 12 Desember 2015, di Kota Zaria.
IRNA menulis, insiden berdarah di Kota Zaria menewaskan sedikitnya 12 orang, korban berasal dari kedua belah pihak yang bertikai.
Menurut militer Nigeria, bentrok mematikan itu bermula dari salah satu konvoi tentara diserang oleh pengikut Ibrahim Zakzaky, pemimpin IMN. "Ratusan pengikutnya membawa senjata berbahaya, memblokade jalan raya dengan kobaran api ban mobil," kata militer dalam sebuah pernyataan.
"Aksi tersebut direspon pasukan bersenjata demi keselamatan dan keamanan Kepala Staf Angakatan Bersenjata yang saat itu mendengar suara ledakan dan tembakan. Kami tak punya pilihan demi melindungi belia dan iring-iringannya."
Kantor berita Iran mengatakan bentrok itu buntut dari serangan militer ke kediaman Zakzaky yang menyebabkan beberapa pengikutnya tewas.
Nigeria mayoritas berpenduduk muslim Sunni tetapi jumlah kaum Syiah belakangan mdeningkat tajam dalam tiga dekade ini.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN