TEMPO.CO, Yangon - The Asian Network for Free Elections atau ANFREL, jaringan pemantau pemilihan umum di Asia, meminta pemantau lokal pemilu Myanmar melakukan investigasi terhadap dugaan kecurangan.
Mission Director ANFREL, Ichal Supriadi, mengatakan investigasi perlu dilakukan untuk memastikan kebenaran adanya dugaan kecurangan dalam pemilu Myanmar. Sebelum pemilu digelar pada 8 November 2015, media massa banyak memberitakan dugaan kecurangan. Di antaranya, banyak calon pemilih yang tidak terdaftar.
ANFREL meminta adanya audit yang menjelaskan berapa jumlah pemilih yang tak terdaftar dan mengapa tak terdaftar. "Dugaan pelanggaran jangan sekadar jadi rumor. Harus bisa diinvestigasi," kata Ichal kepada Tempo, Rabu, 11 November 2015. Jurnalis Tempo berada di Yangon untuk mengikuti program fellowship Southeast Asian Press Alliance.
Selama pemilu berlangsung, ANFREL memberi sejumlah catatan. Di antaranya, petugas keamanan yang masih mengikuti para pemantau asing. Tapi, ANFREL juga mengapresiasi Union Election Commission atau Komisi Pemilihan Umum Myanmar yang dinilai terbuka terhadap publik selama proses pemilu berlangsung.
Sebelumnya, Head of Mission ANFREL, Damaso Magbual, saat menggelar jumpa pers di Yangon, Selasa, 10 November 2015, menyatakan sejumlah rekomendasi lembaga itu terhadap proses pemilu yang berlangsung di Myanmar. Di antaranya, meminta Komisi Pemilihan Umum transparan terhadap proses registrasi dalam daftar pemilih. Selain itu, perlu adanya kampanye yang edukatif bagi pemilih. "Kampanye perlu dilakukan dengan cara bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil untuk meningkatkan kesadaran para pemilih," kata dia.
Pemilu bersejarah Myanmar berlangsung terbuka untuk pertama kalinya di negara itu dalam 25 tahun terakhir. Pesta demokrasi digelar setelah junta militer Myanmar menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil sejak empat tahun lalu, setelah berkuasa selama 49 tahun.
SMH