TEMPO.CO, Teheran - Pemilihan presiden atau pilpres Iran akan digelar Jumat, 19 Mei 2017, waktu setempat, bakal seru karena menampilkan dua tokoh penting, Hasan Rouhani dan Ebrahim Raisi, dalam kepemimpinan Iran. Mereka berasal dari kubu garis keras dan moderat.
Sejumlah media Barat menyebut inkumben Presiden Rouhani, 68 tahun, yang sekarang berjuang merebut jabatan kedua mewakili kelompok moderat. Rouhani tidak hanya mendapatkan dukungan dari kalangan elite dan kelas menengah, melainkan juga kaum muda dan perempuan Iran.
Baca juga: Jajak Pendapat, Rouhani Bakal Menang di Pemilihan Presiden Iran
Lihat saja, bagaimana kaum muda perempuan Iran berbondong-bondong mendatangi pusat kampanye Rouhani dengan mobil maupun jalan kaki. Mereka gegap gempita turun ke jalan meneriakkan dukungannya terhadap presiden bermuka resik.
"Rouhani membawa Iran ke pentas dunia dengan wajah sejuk, sepakat dengan perjanjian nuklir bersama Barat. Dengan demikian, Iran bebas dari sanksi ekonomi," tulis USA Today.
Namun sejak Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, kesepakatan nuklir antara Iran dengan Barat mulai goyah. Niat baik Rouhani mengurangi nuklirnya diragukan.
Baca juga: Pemilu Iran, Ali Khamenei Tak Peduli Siapa Jadi Presiden
Trump memerintahkan kepada pejabatnya membongkar kembali kesepakatan nuklir dengan Iran yang diteken pada 2015. "Ini kesepaktan paling buruk dalam sejarah," kata Trump.
Kecurigaan Barat seperti menjadi senjata kuat bagi calon presiden Iran dari kelompok garis keras yang diwakili oleh Ebrahim Raisi. Menurut kubu garis keras, Rouhani terlalu lunak terhadap Barat. Kendati sanksi ekonomi telah dicabut oleh Barat namun tidak banyak membantu perekonomian negeri Mullah itu.
Raisi, seorang ulama berusia 56 tahun, mendapatkan sokongan dari kaum konservatif yang memegang kendali negara. Dia dikenal dekat dengan Pemimpin Agung Iran, Ayatullah Ali Khamenei.
Dalam berbagai kesempatan dan kampanye, Raisi bersumpah akan menciptakan jutaan pekerjaan bagi warga Iran, memberikan dana bantuan kepada kaum miskin dan mengatasi kelesuan ekonomi Iran serta pengangguran yang mencapai 12,7 persen.
Baca juga: Hasil Pemilu Iran Diumumkan Secara Bertahap
"Pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja, investasi asing sebagaimana dijanjikan Rouhani hasil dari kesepakatan nuklir tidak menetes sama sekali ke rakyat biasa," kata Raisi.
Dia menambahkan, "Rouhani berjanji seluruh sanksi akan dicabut, tetapi adakah perubahan di kalangan masyarakat bawah?"
Pendukung Raisi yang juga wali kota Teheran, Mohammed Baqer Qalibaf, bersuara lantang. Calon presiden yang mengundurkan diri dan berbalik mendukung Raisi ini mengatakan, negara saat ini dihadapkan pada masalah krisis ekonomi, pengangguran, resesi dan inflasi.
"Pohon yang tidak menghasilkan buah dalam empat tahun tidak akan menghasilkan sesuatu yang positif di masa depan," sindirnya kepada Rouhani.
Sekitar 56 juta dari 80 juta penduduk Iran pada Jumat, 19 Mei 2017, akan berduyun-duyun menuju bilik suara untuk menentukan siapa pemimpin mereka empat tahun ke depan. Apakah Rouhani atau Raisi, mari lihat usai penghitungan suara berakhir.
USA TODAY | TASNIM | CHOIRUL AMINUDDIN