TEMPO.CO, Teheran - Pemimpin Agung Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mengatakan, dirinya tidak penting siapa yang akan menjadi presiden setelah pemilihan pada Jumat, 19 Mei 2017.
Menurut Khamenei, yang terpenting adalah para pemilih berbondong-bondong ke bilik suara untuk menentukan siapa pemimpin yang dikehendakinya.
Menurut laporan kantor berita Tasnim, pernyataan itu disampaikan oleh Khamenei dalam sebuah pidato pada Rabu, 17 Mei 2017.
"Pada akhirnya, seorang calon akan mendapatkan suara mayoritas dan menang, namun kemenangan yang sesungguhnya adalah proses pemilihan itu yakni suara mayoritas rakyat Iran dan rezim Repulik Islam," ucapnya.
Khamenei memperingatkan kemungkinan terjadinya kerusuhan selama pemilihan, dengan mengatakan, "Kemungkinan seseorang akan mencoba melanggar hukum, namun kami percaya pada kemampuan sistem keamanan kami. Kita harus berhati-hati, karena rakyat Iran memiliki banyak musuh."
Pemimpin Iran sering melihat bahwa pemilihan umum sebagai sebuah pembaruan kesetiaan masyarakat kepada Wilayat al-Faqih, Pemimpin Agung atau Imam dalam sistem politik Iran.
Terlepas dari atmosfer ini, banyak pejabat di pemerintahan Iran takut peristiwa 2009 terulang kembali. Saat itu, jutaan orang memprotes hasil pemilihan umum Iran karena dianggap penuh kecurangan. Unjuk rasa berkembang menjadi rusuh massal melawan pemerintah. Namun aksi tersebut ditumpas oleh Pengawal Revolusi, Basij, pasukan keamanan dan dinas intelijen Iran.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN