TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pemimpin kelompok Abu Sayyaf, Alhabsy Misaya, tewas dalam sebuah pertempuran dengan militer Filipina. Pertempuran itu terjadi di hutan antara Kota Indanan dan Parang di wilayah Sulu, Filipina Selatan. Kementerian Luar Negeri RI memastikan semua warga negara Indonesia yang menjadi sandera kelompok itu selamat.
"Kami mendapatkan informasi mengenai tewasnya Alhabsy Misaya pada 29 April malam," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal saat diminta konfirmasi, Ahad, 30 April 2017. Tujuh WNI yang masih disandera di Filipina Selatan ternyata tidak ditangan Alhabsy.
Menurut Iqbal, para WNI kini berada di tangan dua kelompok lain yang masih menjadi sempalan Abu Sayyaf. Seluruh WNI yang masih disandera merupakan pelaut yang berasal dari Sulawesi. Empat dari mereka, kata Iqbal, saat ini berada di kota madya Maimbung, sementara tiga lainnya ada di kawasan Talipao. "Kedua lokasi itu ada di pulau Sulu. Hingga saat ini 7 sandera dalam keadaan baik."
Militer Filipina, melalui Kepala Staf Angkatan Darat Filipina Jenderal Eduardo Ano mengklaim tewasnya Alhabsy Misaya. "Kami menganggap dia penculik paling terkenal dari kelompok bandit itu," kata Ano, seperti yang dilansir dari laman Inquirer, kemarin.
Mayat Misaya diidentifikasi oleh anggota Abu Sayyaf lain yang sudah ditangkap. Pemerintah Filipina tengah menggencarkan gempuran ke markas Abu Sayyaf. Kelompok itu terkenal karena sering merompak kapal dan menculik awaknya. Belasan WNI yang bekerja di kapal-kapal asing pun sempat menjadi korban penculikan Abu Sayyaf di sepanjang 2016.
YOHANES PASKALIS