TEMPO.CO, Washington—Lebih dari 2.000 wanita mendaftar untuk berunjuk rasa pada hari pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) pada 20 Januari mendatang.
Seperti dilansir The Huffington Post, Selasa 10 Januari 2017, rencana unjuk rasa muncul dalam pertamuan pada 15 November lalu. Dalam hitungan hari, kelompok wanita ini meluncurkan laman dan langsung diikuti 500 orang.
Paulina Davis, Wakil Direktur kelompok feminis cabang New York, National Women’s Liberation, mengatakan ia berharap unjuk rasa ini akan diikuti hingga 20 ribu wanita. “Jika ada 20 ribu perempuan yang ikut, kekuatannya akan sangat terasa,” kata Davis kepada The Huffington Post.
Rencana unjuk rasa ini berselang sehari sebelum pawai resmi yang akan berlangsung sehari kemudian di Washington DC bertepatan dengan peringatan Pawai Perempuan.
“Rencana ini tidak akan mengganggu pawai perempuan. Kami bahkan mengajurkan peserta unjuk rasa untuk mengikuti pawai di kota masing-masing keesokan harinya,” ujar Davis.
Tujuan dari unjuk rasa ini beragam. Selain memprotes terpilihnya Trump dan wakil presiden terpilih Mike Pence, para wanita juga akan menuntut asuransi kesehatan nasional, cuti dibayar dan gaji minimal US$15.
Unjuk rasa terakhir wanita Amerika Serikat saat pelantikan presiden adalah saat Woodrow Wilson pada 1913.
THE HUFFINGTON POST | NEW YORK DAILY NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI
Baca:
Kecam Merryl Streep, Trump Dirisak Netizen
Trump Benarkan Rusia Pengaruhi Pemilihan Presiden AS