TEMPO.CO, Jakarta - Badan pemerhati anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Unicef, menyebutkan dalam laporan terbarunya bahwa hampir 50 juta anak-anak di seluruh dunia kehilangan tempat tinggal dan terpaksa meninggalkan negara mereka akibat perang, kekerasan, atau penganiayaan.
Direktur Eksekutif Unicef Anthony Lake mengatakan gambar-gambar penderitaan anak-anak di wilayah konflik yang selama ini tersebar luas di media sosial dan menjadi pemberitaan utama media, hanya sebagaian kecil dari gambaran umum penderitaan dari jutaan anak-anak di seluruh dunia.
"Gambar bocah seperti jenasah Aylan Kurdi yang terdampar di pantai setelah tenggelam di laut atau Omran Daqneesh yang tampak terkejut dengan wajah berlumuran darah ketika duduk dalam ambulans setelah rumahnya hancur, telah mengejutkan dunia," kata Lake, seperti yang dilansir Press TV pada 7 September 2016.
Dalam analisis data global, Unicef menemukan 28 juta anak kehilangan tempat tinggal karena kekerasan dan konflik, termasuk 10 juta pengungsi.
Ada juga 1 pencari suaka yang status pelariannya masih tergantung dan 17 juta anak-anak lagi di negaranya masing-masing yang kekurangan akses mendapatkan bantuan kemanusiaan dan layanan darurat.
Sekitar 20 juta anak-anak lagi meninggalkan kediaman dengan berbagai alasan, termasuk kekerasan kriminal atau kemiskinan.
"Banyak yang berisiko dilecehkan dan ditahan karena tidak memiliki dokumentasi, status hukum tidak tentu, dan tidak ada upaya pemantauan yang bersistematik," katanya.
Untuk itu, Unicef mendesak para pemimpin dunia untuk fokus pada tindakan melindungi pengungsi anak dan imigran, termasuk mengakhiri penahanan anak-anak yang mencari suaka, tetap menyatukan dengan keluarganya, memerangi xenofobia dan memastikan anak-anak bisa tetap bersekolah.
Jumlah pengungsi anak melonjak lebih dari 75 persen antara 2010 dan 2015, dengan Suriah dan Afghanistan mencatat hampir setengahnya. Salah satu aspek yang paling mengganggu adalah meningkatnya jumlah anak-anak melintasi perbatasan sendiri.
Lebih dari 100 ribu anak di bawah umur tidak didampingi saat memohon suaka di 78 negara tahun lalu, meningkat tiga kali lipat dari 2014.
UNICEF | PRESS TV | GUARDIAN | YON DEMA