TEMPO.CO, Madaya - Staf medis dan tenaga bantuan di Kota Madaya, Suriah, telah memohon otoritas internasional untuk mengambil langkah cepat demi menyelamatkan 40 ribu warga kota itu dari ancaman kematian akibat kelaparan yang parah.
Penduduk Kota Madaya, yang terletak di sebelah utara Damaskus dekat perbatasan dengan Libanon, telah dikepung pasukan rezim Bashar al-Assad dan sekutunya, Hizbullah, Libanon, sejak Juli 2015. Bulan lalu saja, menurut laporan aktivis, lebih dari 30 orang meninggal karena kelaparan atau dibunuh saat hendak melarikan diri.
Mohamad Youssef, yang bertindak sebagai pengelola dewan medis di Madaya, mengatakan dua atau tiga warga meninggal karena kelaparan setiap hari, selain sekitar 50 lainnya pingsan atau menderita sakit parah.
"Orang-orang yang masih hidup mengkonsumsi air dengan gula, garam, atau rempah-rempah, itu pun jika ditemukan," ujarnya seperti dilansir dari laman Metro.co.uk, Kamis, 7 Januari 2015. "Korban tewas sebagian besar adalah orang tua, perempuan, dan anak."
Kondisi yang semakin memburuk dikatakan telah menimbulkan penyakit seperti hepatitis, diare berat, penyakit kulit, dan penyakit lain yang terkait dengan kekurangan gizi. Keberadaan staf medis pun sangat terbatas. "Staf medis harus tersedia selama 24 jam. Mereka menerima orang-orang yang sakit parah dan pingsan sepanjang waktu. Siang dan malam," kata Youssef.
Pada Oktober, PBB melaporkan 31 truk bantuan dengan persediaan makanan dan obat-obatan untuk 30 ribu orang mencapai Fouah dan Kafraya di Suriah, begitu pun dengan Zabadani dan Madaya. Namun situasi kini telah semakin memburuk dan persediaan menipis. "Kami meminta dunia dan organisasi-organisasi bantuan dan kesehatan, serta Dewan Keamanan PBB, bertindak sekarang untuk menyelamatkan 40 ribu orang di Madaya yang mati kelaparan dalam cuaca sangat dingin."
MECHOS DE LAROCHA | METRO.CO.UK