TEMPO.CO, WASHINGTON - Para pejabat Amerika Serikat dan Inggris meyakini bahwa pesawat Metrojet 9268 Rusia yang jatuh di atas Semenanjung Sinai, Mesir, dalam rute ke St. Petersburg akibat sebuah bom yang diselundupkan oleh teroris Islamic State (ISIS) atau kelompok afiliasinya.
“Sebuah bom adalah skenario dengan kemungkinan tinggi,” ujar seorang pejabat Amerika Serikat kepada AFP, kemarin. “Itu sesuatu yang ISIS inginkan.”
Dugaan kuat itu, seperti dilansir New York Daily News, kemarin, salah satunya berasal dari penyadapan komunikasi yang mengungkapkan bahwa ISIS diam-diam memasukkan bahan peledak ke pesawat yang membawa 224 penumpang tersebut. Dalam pesan-pesan online, kemarin, milisi ISIS terus mengklaim bertanggung jawab atas jatuhnya Metrojet sebagai balas dendam terhadap serangan udara gencar Rusia kepada ISIS di Suriah.
Bukti sebelumnya, dua pejabat Amerika Serikat di Washington kepada The Associated Press mengatakan pada Rabu lalu, satelit Amerika Serikat mendeteksi ada citra panas di lambung jet itu beberapa detik sebelum meluncur jatuh.
Aktivitas inframerah itu belum tersimpulkan. Namun, hal itu mengindikasikan sebuah ledakan bom atau meledaknya tangki bahan bakar karena suatu kerusakan.
Baca Juga:
Seperti dimuat di Sky News, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan, jatuhnya Metrojet “lebih mungkin” akibat sebuah bom—beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Philip Hammond menyatakan dari sumber-sumber intelijen ada “kemungkinan yang signifikan” milisi ISIS atau kelompok afiliasinya bertanggung jawab.
Inggris menghentikan penerbangan dari Sinai seiring dengan pengetatan keamanan di bandara di sana. Langkah-langkah darurat kemarin diberlakukan untuk menyelamatkan ribuan turis dari berbagai negara yang masih berada di resor Laut Merah itu. NBC News menyebut para penyelidik berfokus pada sebuah bom sebagai penyebab jatuhnya Metrojet.
Menurut Channel News Asia, maskapai Kogalymavia yang mengoperasikan pesawat itu mengesampingkan kerusakan teknis atau faktor manusia.
Adapun para pakar mengungkapkan fakta bahwa reruntuhan dan mayat korban yang tersebar dalam area luas menunjukkan pecahnya pesawat di udara. Ujungnya dua kemungkinan: kerusakan teknis atau ledakan dari sebuah bom yang diselundupkan di perut pesawat. Hingga kemarin, operasi pencarian diperluas ke radius 40 kilometer persegi.
Rusia dan Mesir kemarin menolak keyakinan Inggris dan Amerika Serikat. Klaim itu dinilai masih prematur. Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, berkukuh para penyelidik penerbangan masih bekerja berdasarkan seluruh teori penyebab jatuhnya Airbus A321-200 itu. “Orang tidak bisa mengesampingkan satu teori. Tapi, saat ini tidak ada alasan untuk menyatakan satu teori yang dapat diandalkan. Hanya para penyidik yang bisa melakukan,” ujar Peskov di Moskow, kemarin.
NEW YORK DAILY NEWS | CHANNEL NEWS ASIA | SKY NEWS | STAR AND STRIPES | NBC NEWS | DWI ARJANTO