TEMPO.CO, Jakarta - Inggris melansir analisis baru soal pesawat Metrojet Rusia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu, 31 Oktober 2015. Menteri Pertahanan Inggris Philip Hammond meyakini ada kemungkinan sebuah alat peledak menjadi penyebab jatuhnya Metrojet itu di Semenanjung Sinai, Mesir.
"Kami menyimpulkan bahwa ada kemungkinan besar pesawat jatuh itu karena bahan peledak di dalam pesawat," kata Menteri Luar Negeri Philip Hammond seusai rapat kabinet membahas krisis itu yang diketuai Perdana Menteri David Cameron, seperti dilansir The Guardian, Rabu petang, 4 November 2015.
SIMAK: Satelit Amerika Tangkap Api Terdeteksi dari Pesawat Rusia
Akibatnya, Inggris menyarankan warga negaranya agar menghindari bepergian melalui resor Laut Merah di Sharm el-Sheikh. "Kami kini menyarankan semua pihak agar menghindari perjalanan udara melalui Bandara Sharm el-Sheikh," ucap Philip Hammond, seperti dikutip Reuters. Philip juga memastikan tidak ada penerbangan dari Inggris ke Sharm el-Sheikh lagi.
SIMAK: Amerika Serikat: Metrojet Rusia Kemungkinan Dibom
Baca Juga:
Perdana Menteri Inggris David Cameron menegaskan, investigasi atas pesawat Rusia itu masih berlangsung. Meski telah menyimpulkan soal penyebab jatuhnya pesawat itu, Inggris tidak mau dengan tegas mengumumkan sikap mereka untuk menghormati proses investigasi. "Meski dari informasi yang muncul kami sampai pada kesimpulan bahwa pesawat jatuh karena alat peledak."
Sebagai buntut dari pernyataan Cameron, pemerintah Inggris memutuskan menangguhkan dulu penerbangan dari resor Sharm sambil menunggu penilaian langsung tim ahli penerbangan Inggris. Tim itu kini sudah bertolak ke Sharm.
SIMAK: Mengapa Pesawat Rusia Turun 31.000 Kaki dalam 23 Menit?
Pesawat Metrojet Rusia yang membawa 224 orang jatuh dari ketinggian sekitar 9.000 meter di Semenanjung Sinai. Semua penumpangnya tewas.
Sementara itu, sumber penerbangan Rusia menuturkan investigasi kini untuk mencari kemungkinan ada obyek tertentu di atas pesawat yang membuat Metrojet itu mengalami bencana. "Saat ini ada dua kemungkinan yang jadi pertimbangan: sesuatu yang berada di pesawat dan kesalahan teknis. Sedangkan opsi ditembak roket sepertinya tidak mungkin," ujar sumber itu.
WDA | THE GUARDIAN | REUTERS