TEMPO.CO, Mexico City - Masyarakat Meksiko dihebohkan dengan proses penyelamatan dramatis seorang anak perempuan yang terperangkap di reruntuhan bangunan sekolah pasca gempa berkekuatan 7,1 skala richter yang melanda Meksiko.
Anak perempuan ini dikabarkan menggerak-gerakkan jarinya dan memberitahu tim penyelamat namanya sebagai Frida Sofia. Dia pun memberitahukan ada orang lain yang juga terjebak di dekatnya. Tim penyelamat meminta bantuan alat pipa dan alat lainnya untuk meraih Frida.
Baca: Gempa Kembali Guncang Meksiko, 134 Orang Tewas
Media-media, pejabat dan tim penyelamat mengulang-ulang kisah “Frida Sofia” dengan nuansa mendesak. Ini membuatnya menjadi sebuah drama nasional, menarik perhatian publik dari upaya penyelamatan lainnya di ibukota Meksiko. Cerita ini juga membuat masyarakat Meksiko terpaku pada stasiun televisi mereka.
Namun ternyata sosok anak perempuan bernama “ Frida Sofia” tidak pernah ada berdasarkan pernyataan pejabat Angkatan Laut Meksiko.
Baca: Tim Penyelamat Terus Mencari Korban Gempa di Meksiko
“Kami ingin menekankan bahwa kami tidak mengetahui adanya laporan yang muncul dengan nama seorang anak perempuan. Kami tidak pernah mengetahui tentang laporan itu, dan kami tidak percaya – kami yakin – (anak perempuan) itu tidak nyata,” kata Asisten Sekretaris Angkatan Laut Angel Enrique Sarmiento pada Kamis 21 September 2017.
Baca: Gempa 7,1 M Guncang Meksiko Tewaskan 134 Orang
Sarmiento menyatakan dari rekaman kamera yang diturunkan ke dalam puing-puing sekolah Enrique Rebsamen menunjukkan jejak darah yang seperti dari seseorang yang terluka dan menyeret tubuhnya. Satu-satunya orang yang yang dicurigai sebagai pemilik jejak itu adalah karyawan sekolah, yang menjadi satu-satunya korban tercatat masih hilang di sekolah Enrique Rebsamen.
Menurut laporan media The Guardian, ada 21 anak dan empat orang dewasa ditemukan tewas di bawah reruntuhan gedung sekolah Enrique Rébsamen. Gempa ini terjadi pada Rabu, 20 September 2017, pada dini hari waktu Indonesia atau pukul satu siang waktu Meksiko, Selasa, 19 September 2017. Sekitar 274 orang dikabarkan tewas akibat gempa besar ini.
Rekaman itu juga hanya menunjukkan jejak darah, tidak ada gerakan jari, tidak suara dan tidak ada nama. Beberapa orang yang meninggal telah dipindahkan dari reruntuhan, menurut Sarmiento kemungkinan jari dari korban meninggal itu yang dilihat oleh tim penyelamat bergerak.
Netizen bereaksi cepat dengan menggunakan tagar ‘Fake News’ (berita palsu) di Twitter dan mengeluhkan berita yang tersebar mengalihkan perhatian dari upaya penyelamatan korban yang sebenarnya di reruntuhan lain.
Berita mengenai anak perempuan yang terjebak ini membuat sumbangan derek, tiang penyangga dan perkakas listrik diarahkan ke area sekolah. Bantuan ini segera datang berdasarkan urgensi untuk menyelamatkan anak-anak. Namun masih belum jelas apakah hal ini mempengaruhi upaya penyelamatan lain di seluruh kota.
Setelah ditinjau kembali, terdapat beberapa kejanggalan tentang cerita ‘Frida Sofia’ dari awal. Para petugas tidak dapat menemukan kerabat dari Frida Sofia dan tidak ada anak perempuan yang bernama Frida Sofia di sekolah itu. Para tim penyelamat pun menyatakan entah bagaimana masih dapat mendengar suaranya meskipun telah menjauh dari reruntuhan.
Hal ini bisa saja merupakan upaya politisasi dari politikus tertentu. Sekretaris Departemen Pendidikan, Aurelio Nuno, yang seringkali disebut sebagai kandidat presiden, telah beberapa kali mengulangi cerita tentang Frida Sofia.
Kisah serupa Frida Sofia pernah terjadi ketika gempa berkekuatan 8,0 skala richter melanda Meksiko 32 tahun lalu. Media-media Meksiko memberitakan bahwa seorang anak laki-laki berusia 9 tahun berada di dalam reruntuhan setelah gempa yang menewaskan 9.500 orang tersebut.
Para tim penyelamat gempa Meksiko mengerahkan segala cara untuk menemukan anak itu, namun ternyata anak lelaki tersebut tidak pernah ada.
TIME.COM | DWI NUR SANTI