TEMPO.CO, Ouagadougou - Sedikitnya 18 orang tewas dan 8 lainnya cedera dalam serangan bersenjata di sebuah restoran khas Turki di Burkina Faso.
Menteri Komunikasi, Remi Dandjinou, mengatakan bahwa serangan yang terjadi pada Ahad malam diyakini dilakukan kelompok milisi, meski belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.
"Pasukan keamanan Burkina Faso membunuh tiga tersangka penyerang di sebuah restoran di Ouagadougou. Namun masih ada orang-orang yang terjebak di dalam gedung tersebut," kata Remi Dandjinou, seperti yang dilansir The Star Kenya, Senin 14 Agustus 2017.
Dandjinou menambahkan bahwa meskipun belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab namun meyakini bahwa serangan tersebut merupakan aksi terorisme.
Baca: Serangan Teroris di Burkina Faso: 20 Tewas, 30 Sandera Bebas
Dandjinou juga menjelaskan bahwa korbannya berasal dari beberapa negara yang berbeda,, namun setidaknya 1 dari korban tewas adalah warga negara Prancis.
Seorang paramedis mengatakan bahwa salah satu korbannya adalah orang Turki. "Kami mengevakuasi 11 orang tapi satu di antaranya, seorang Turki, meninggal saat tiba di rumah sakit," kata paramedis tersebut.
Seorang saksi di restoran Aziz Istanbul itu mengatakan bahwa dia berada di restoran tersebut untuk merayakan ulang tahun kakaknya saat serangan dimulai. Pelaku menurut saksi mata menembaki para pengunjung yang duduk di luar restoran sekitar pukul 21.30 malam waktu setempat.
Polisi terus berusaha untuk mengevakuasi warga sipil dari daerah tersebut sebelum melancarkan serangan balasan, dengan baku tembak yang menjadi lebih sporadis saat operasi terus berlanjut.
Tiga puluh orang tewas ketika orang-orang bersenjata menyerang sebuah restoran dan hotel di Ouagadougou pada Januari 2016 dalam sebuah insiden yang diklaim oleh kelompok Al Qaeda.
Burkina Faso, seperti negara-negara lain di Afrika Barat, menjadi target kelompok-kelompok teror yang beroperasi di Sahel Afrika. Sebagian besar serangan telah terjadi di wilayah perbatasan utara yang terpencil dengan Mali selama lebih dari satu dekade.
REUTERS | THE STAR KENYA | AL JAZEERA | YON DEMA