TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Malaysia menahan enam warga asing dan satu orang warga negara sendiri karena kuat dugaan terlibat ke dalam kelompok militan termasuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Menurut keterangan kepolisian Malaysia, Ahad, 5 Maret 2017, negara-negara di Asia Tenggara melakukan kewaspadaan tinggi sejak serangan bom bunuh diri sejumlah pria bersenjata dari ISIS dan melancarkan serangan di Jakarta pada Januari 2016.
Polisi menjelaskan, serangan granat menghantam sebuah bar di pinggiran ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, pada awal Juni 2016, menyebabkan delapan orang luka.
"ISIS mengaku bertanggung jawab atas berbagai serangan di wilayah Malaysia," kata polisi seperti ditulis Nikkei, Ahad.
Malaysia, Nikkei melaporkan, telah menahan ratusan orang beberapa tahun ini setelah mereka disangka masuk jaringan kelompok militan.
"Pada periode 21-26 Februari 2017, kepolisian Malaysia menahan seorang warga negara Malaysia dan Indonesia karena merencanakan serangan dengan skala besar menggunakan bom mobil sebelum mereka meninggalkan negeri ini untuk bergabung dengan ISIS di Suriah," kata Inspektur Jenderal Polisi Khalid Abu Bakar dalam sebuah pernyataan.
Khalid menambahkan, kedua orang itu bagian dari sel ISIS yang menerima instruksi dari Muhammad Wanndy Muhammad Jedi. Orang ini terkenal sebagai militan ISIS di Suriah.
"Salah seorang tersangka dari Asia Timur -menggunakan visa palsu mahasiswa- memiliki koneksi dengan sebuah grup militan yang mengirimkan anggota ke Malaysia sebelum menuju Suriah untuk bergabung bersama ISIS," kata Khalid.
Empat warga Yaman ditahan karena diduga menjadi bagian dari satu kelompok pemberontak di Yaman. Mereka juga bagian dari sindikat pemalsu dokumen perjalanan.
"Dari hasil operasi keamanan, polisi menyita berbagai paspor internasional dan uang tunai 270 ribu ringgit atau setara dengan Rp 800 juta," tutur Khalid.
NIKKEI | CHOIRUL AMINUDDIN