TEMPO.CO, Brussels - Sebuah kafe yang khusus menyajikan kopi Indonesia kini hadir di Brussels, Belgia. Kafe yang dinamai "Cafe Kopi" itu diresmikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Yuri Octavian Thamrin, Kamis, 22 Desember 2016.
Cafe Kopi ini adalah kafe pertama di Belgia yang khusus menyajikan kopi khas (specialty coffee) dari produsen Indonesia, Javanero. Kafe juga diharapkan akan menjadi ajang pertemuan informal maupun formal bagi publik dan para pengusaha yang tertarik dengan Indonesia.
“Inisiatif-inisiatif seperti ini sangat diperlukan tidak hanya untuk perkembangan perdagangan kopi Indonesia ke seluruh dunia, tapi juga untuk keberlangsungan budaya tanam kopi di pelosok-pelosok Indonesia,” kata Yuri.
Menurutnya, inisiatif membuka Cafe Kopi sebagai pusat kopi Indonesia di Brussels akan membantu para petani di daerah asalnya.
Cafe Kopi Brussels sebagai perpanjangan tangan dari Javanero, perusahaan kopi asal Indonesia, mengusung konsep kopi yang berkelanjutan dan dapat dilacak asalnya.
“Kami membuka informasi seluas-luasnya tentang specialty coffee yang kami tawarkan,” kata Sara Datuk, salah satu pendiri Javanusa, perusahaan yang membuka Cafe Kopi tersebut.
Menurut Sara, para pengunjung dapat mengetahui daerah asal kopi, dan prosesnya hingga terhidang di meja. “Mereka yang ingin tahu, kami undang langsung ke perkebunan, berkenalan langsung dengan petani, dan melihat langsung bagaimana kopi itu ditanam, pupuk organik yang digunakan hingga bagaimana kopi itu dipaketkan dengan plastik khusus sebelum diimpor ke Eropa,” papar Sara.
Menurut Sara, informasi ini penting untuk membedakan specialty coffee dengan kopi industri yang beredar dipasaran. Selain memproduksi kopi, Javanero juga mendidik para petani kopi mulai dengan penanaman kopi yang baik hingga cara mendaur ulang pupuk kompos dari sisa tanaman yang terbuang untuk digunakan kembali dalam menanam kopi.
Di Uni Eropa sendiri, impor kopi Indonesia masih belum maksimal. Penjualan kopi-kopi dari Indonesia dilakukan secara ‘bergerilya’ dan sporadis. “Di sini, kebanyakan mereka lebih memilih kopi-kopi Arabica dari Afrika atau Amerika Latin, padahal kualitas specialty coffee kita sudah diakui dan mendapat rating sangat tinggi oleh The Specialty Association Coffee of America (SCAA),” kata Sara Datuk.
Menurutnya, karena jarang ditemui, kopi Indonesia kurang dikenal di Eropa. Karena itulah Cafe Kopi mencoba membuka jalan untuk menghadirkan kopi Indonesia langsung ke konsumen kopi Eropa.
Letak kafe yang cukup strategis yakni di daerah pertokoan elite Place Stephanie di jantung kota Brussel memungkinkan visinya untuk memperkenalkan kopi Indonesia di jantung Uni Eropa. “Selain memperkenalkan kopi Indonesia, kami juga ingin mengajarkan dan membiasakan lidah orang-orang di Belgia dengan specialty coffee Indonesia,” kata Aki Baihaki, satu dari empat pengusaha pemilik Cafe Kopi.
Peresmian Cafe Kopi Indonesia merupakan langkah awal untuk masuknya berbagai jenis kopi organik dari Indonesia. Saat ini, ada empat jenis kopi yang sudah mulai dipasarkan melalui Cafe Kopi, yaitu West Java Pasundan, West Java Preangee, Bali Kintamani dan Flores Bajawa. “Tapi kedepannya, kami akan membawa lebih banyak lagi kopi dari seluruh Indonesia,” kata Aki Baihaki.
Aki berencana menjadikan Cafe Kopi sebagai salah satu tempat alternative bagi pertunjukan budaya-budaya kontemporer Indonesia seperti pemutaran film, workshop, diskusi, hingga pameran hasil karya seniman Indonesia.
ASMAYANI KUSRINI (BELGIA)