TEMPO.CO, Kairo - Rencana pemerintah Mesir untuk memiliki ibu kota baru pengganti Kairo tampaknya segera terealisasi setelah pengembang asal Cina setuju untuk mendanai mega proyek tersebut.
Pengumuman tersebut menyusul kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan antara Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi dan perusahaan pengembang Cina, China Fortune Land Development Company (CFLD) yang setuju untuk memberikan dana sebesar US$ 20 miliar (Rp 260,35 triliun) untuk kota yang belum diberi nama.
Baca:
Putin Marah, Perintahkan Warga Rusia di Luar Negeri Pulang
Anggota Parlemen Hong Kong Ucap Sumpah: Tolak Setia ke Cina
Cina Bangun Reaktor Nuklir Mini di Laut Cina Selatan
CFLD merupakan perusahaan Cina kedua yang setuju berinvestasi untuk membangun kota baru untuk menggantikan Kairo yang yang dianggap sudah terlalu padat.
Sebelumnya, perusahaan Cina lainnya juga telah berkomitmen untuk memberikan US$ 15 miliar (Rp 195,4 triliun) untuk proyek tersebut yang membutuhkan total dana sebesar US$ 45 miliar (Rp 586,46 triliun) untuk pembangunan tahap pertama. Adapun lama pengerjaannya diperkirakan bakal mencapai lima hingga tujuh tahun.
Pertama kali diumumkan pada Maret 2015, mega proyek itu digambarkan oleh pejabat pemerintah sebagai solusi untuk mengganti Kairo yang semakin padat, polusi, dan harga rumah yang sangat mahal.
"Ibu kota baru adalah usaha penting untuk membangun semangat nasional dan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. Kota baru akan menciptakan lebih banyak tempat untuk tinggal, bekerja, dan tempat rekreasi," jelas situs resmi proyek tersebut.
Seperti yang dilansir CNN, ibu kota baru Mesir akan dibangun di sebelah timur kota Kairo, dekat terusan Suez. Kota itu akan dilengkapi dengan kompleks perumahan, lebih dari 1.000 masjid, desa pintar, kawasan industri, pusat konferensi berkapasitas 5.000 kursi, dan taman terbesar di dunia.
Selain menampung gedung-gedung pemerintahan, ibu kota baru tersebut akan memuat sedikitnya 2.000 sekolah, kampus, dan 600 fasilitas kesehatan. Luas kota dirancang membentang pada lahan 700 kilometer persegi dan dihuni sekitar lima juta penduduk.
Dalam maket yang dipamerkan, terlihat kota tersebut sangat indah dan modern dengan didominansi warna ungu dan biru. Konstruksi sudah berjalan dan menurut surat kabar Al-Ahram Mesir, para pekerja mulai bekerja untuk membangun jembatan dan jalan.
Namun, beberapa pihak pesimis dengan proyek itu, mengingat banyaknya kota satelit sebagai penopang Kairo yang minim peminat.
Sejumlah negara telah membangun ibu kota baru dalam beberapa dekade terakhir, seperti Brasilia di Brasil yang didirikan pada tahun 1960, Canberra di Australia yang didirikan pada tahun 1913, dan Astana yang menjadi pusat administrasi Kazakhstan pada tahun 1997.
CNN | INDEPENDENT | YON DEMA