TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Inggris, Bank of England, tak menampik usai Brexir situasi perekonomian Britania Raya penuh ketidakpastian dan berpotensi melambat. Perbankan pun akan semakin hati-hati dalam menyalurkan kredit.
“Memang itu masalah utamanya,” ujar Gubernur Bank of England Mark Carney seperti yang dilansir laman BBC, Rabu, 6 Juli 2016 waktu setempat. Karena itu untuk menanggulanginya, Bank Sentral akan menyalurkan suntikan kredit tambahan 150 miliar poundsterling atau Rp 2.700 triliun dengan bunga khusus.
Fasilitas khusus tersebut diberikan kepada Barclays, Hong Kong and Shanghai Bank Corporation, Santander UK, Virgin Money, Metro Bank, The Royal Bank of Scotland, dan Nationwide and Lloyds. Meskipun belum ada efek masif terjadi, perlambatan ekonomi sudah terlihat dari nilai tukar Poundsterling terhadap dolar AS yang merosot 14 persen setelah referendum.
Carney mengatakan upaya tersebut dilakukan untuk memulihkan daya beli rumah tangga, korporasi, dan ritel. “3/4 perbankan yang menguasai pasar Inggris akan semakin fleksibel memberikan pinjaman,” tutur dia.
Ekonom BBC Kamal Ahmed berharap pemerintah tetap melakukan indikasi efek Brexit secara mendalam dan teliti. Musababnya, referendum tersebut berpotensi merusak sistem perekonomian yang telah tertata selama ini.
Menurut Ahmed, sebelum referendum saja, pada kuartal pertama tahun, ini dana investor asing di sektor properti merosot 50 persen. “Harga rumah akan semakin tertekan kalau para investor sampai pergi,” ucap dia.
ANDI IBNU | BBC